Seorang pastor Italia akan diadili di Vatikan karena melakukan kekerasan seksual terhadap bocah-bocah anggota paduan suara anak. Seorang pastor lainnya yang diduga memfasilitasi tindak serangan seksual itu juga ikut diadili.
Seperti dilansir AFP, Jumat (9/10/2020), tindak kekerasan seksual itu dilaporkan terjadi antara tahun 2011 hingga 2012 di asrama pra-seminari St Pius X, sebuah institusi yang terletak di wilayah Vatikan yang melatih paduan suara anak. Institusi itu juga diketahui berlokasi sangat dekat dengan kediaman Paus Fransiskus.
Pastor Italia bernama Gabriele Martinelli ini diduga melakukan serangan seksual secara berulang terhadap setidaknya satu korban saat dia masih menjadi seminaris berusia 21 tahun dan tinggal di gedung tersebut. Martinelli menjadi pastor tahun 2017.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para penghuni asrama St Pius X kebanyakan anak-anak dan remaja, yang tinggal di sana saat mereka bersekolah di sekolah swasta di Roma. Para penghuni asrama itu juga berpartisipasi sebagai anggota paduan suara dalam misa yang digelar di Basilika St Peter.
Enrico Radice yang menjabat rektor di asrama itu saat tindak kekerasan seksual terjadi, dituduh menutup-nutupi hal tersebut. Tahun lalu, pihak Vatikan menyatakan Martinelli dan Radice alan diadili. Sidang pertama untuk kasus ini akan digelar pada 14 Oktober mendatang.
Penyelidikan terhadap kasus ini dilakukan setelah dirilisnya sebuah buku berjudul 'Original Sin' oleh jurnalis Italia, Gianluigi Nuzzi, yang menyinggung soal dugaan kekerasan seksual itu. Dalam buku itu, seorang seminaris asal Polandia bernama Kamil Tadeusz Jarzembowksi mengakui dirinya menyaksikan serangan seksual berulang kali terhadap teman sekamarnya.
Tonton juga video 'Pendeta Cabuli Jemaat Selama 17 Tahun di Surabaya Diciduk':
Dia mengklaim Martinelli mendatangi kamarnya untuk melakukan hubungan seks dengan remaja laki-laki berusia 17 tahun, yang menjadi teman sekamarnya saat itu. Diakui Jarzembowksi dalam buku itu bahwa dirinya menyaksikan hubungan antara Martinelli dengan teman sekamarnya sebanyak 140 kali. Disebutkan juga bahwa Martinelli saat itu menggunakan 'kekuasaan dan intimidasi' untuk memaksakan kehendaknya pada seminaris muda.
Jarzembowksi yang mengakui dirinya gay ini, menuduh para pastor memiliki standar ganda. "Saat siang hari, mereka homofobik dan pada malam hari, mereka bersantai di diskotik gay," sebutnya.
Jarzembowksi yang tinggal di asrama itu pada usia 13-18 tahun, melaporkan Martinelli pada atasannya dan juga melalui sebuah surat yang ditujukan untuk para kardinal serta dua seminaris lainnya. Sesaat usai buku itu dirilis, korban Martinelli yang enggan disebut namanya bersedia diwawancara media dan mengakui dirinya dilecehkan secara seksual pada tahun pertamanya di pra-seminari, saat dia berusia 13 tahun.