Amerika Serikat, Jepang, dan banyak negara Uni Eropa bersama-sama menyerukan China untuk menghormati hak asasi manusia (HAM) minoritas Uighur, dan juga mengungkapkan keprihatinan tentang situasi di Hong Kong.
"Kami menyerukan kepada China untuk menghormati hak asasi manusia, terutama hak orang-orang yang termasuk dalam agama dan etnis minoritas, terutama di Xinjiang dan Tibet," kata Duta Besar Jerman untuk PBB, Christoph Heusgen, yang memimpin inisiatif dalam pertemuan tentang hak asasi manusia.
Puluhan negara menandatangani seruan bersama tersebut yang dikeluarkan pada Selasa (6/10) waktu setempat. Di antara 39 negara penandatangan adalah Amerika Serikat, sebagian besar negara anggota Uni Eropa termasuk Albania dan Bosnia, serta Kanada, Haiti, Honduras, Jepang, Australia dan Selandia Baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sangat prihatin tentang situasi hak asasi manusia di Xinjiang dan perkembangan terkini di Hong Kong," demikian bunyi deklarasi bersama tersebut seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (7/10/2020).
"Kami menyerukan kepada China untuk mengizinkan akses langsung, bermakna dan tanpa batas ke Xinjiang bagi pengamat independen termasuk Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia," tambahnya.
Segera setelah deklarasi itu, utusan untuk Pakistan berdiri dan membacakan pernyataan yang ditandatangani oleh 55 negara, termasuk China, yang mengecam segala penggunaan situasi di Hong Kong sebagai alasan untuk campur tangan dalam urusan dalam negeri China.
Berbicara kepada Jerman, Amerika Serikat, dan Inggris, Duta Besar China Zhang Jun mengkritik apa yang dia sebut sebagai sikap "munafik" mereka dan menuntut agar ketiga negara itu menyingkirkan kesombongan dan prasangka mereka.
Organisasi HAM, Human Rights Watch memuji fakta bahwa begitu banyak negara telah menandatangani deklarasi tersebut "terlepas dari ancaman dan taktik intimidasi China yang terus-menerus terhadap mereka yang angkat bicara."
Sebelumnya pada 2019, teks serupa yang dirancang oleh Inggris hanya mendapat 23 tanda tangan.
Tonton video 'Pertengkaran China dan AS di Sidang PBB soal Corona':