Garda Revolusi Iran memamerkan rudal balistik baru dengan potensi jangkauan lebih dari 700 kilometer. Rudal ini mulai dipamerkan setelah berbulan-bulan ketegangan dengan musuh bebuyutan Amerika Serikat.
Dilansir AFP, Senin (28/9/2020) rudal yang dijuluki "Zolfaghar Basir" itu dipamerkan pada Minggu (27/9). Rudal tersebut adalah varian Angkatan Laut dari rudal balistik Zolfaghar darat-ke-darat, menurut laporan kantor berita Tasnim.
Jangkauannya lebih dari dua kali lipat dari rudal Angkatan Laut Iran lainnya, termasuk "Hormuz-2", dengan jangkauan 300 kilometer, yang menurut Teheran berhasil diuji pada Maret 2017.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tasnim tidak merinci apakah rudal baru itu telah diuji atau belum.
Gambar yang diterbitkan oleh Tasnim menunjukkan Zolfaghar Basir dipasang di truk peluncur selama peresmian Taman Dirgantara Nasional Teheran pada hari Minggu (27/9).
"Pameran ini menunjukkan rencana komprehensif dari kekuatan penangkal sistem (republik Islam)," kata komandan pengawal Mayor Jenderal Hossein Salami seperti dilaporkan Tasnim.
Garda Revolusi Iran menggunakan Zolfaghar pada 2017 dan 2018 untuk melawan kelompok ISIS di Suriah sebagai pembalasan atas serangan teroris yang dilakukan di negara itu.
Rudal itu juga digunakan pada Januari lalu untuk menargetkan pangkalan di Irak yang menampung pasukan AS, beberapa hari setelah AS membunuh jenderal tinggi Iran, Qasem Soleimani dalam serangan pesawat tak berawak di Baghdad, Irak.
Pameran Zolfaghar Basir ini dilakukan lebih dari seminggu setelah sebuah kapal induk Amerika melintasi Selat Hormuz yang strategis, dan beberapa hari setelah Garda Revolusi Iran membuka pangkalan angkatan laut baru di dekat jalur air, yang dilalui seperlima dari minyak dunia.
Jalur pelayaran vital dan perairan Teluk di dekatnya adalah tempat meningkatnya ketegangan AS-Iran akhir tahun lalu ketika kapal-kapal diserang secara misterius, drone jatuh dan kapal tanker minyak disita.
Ketegangan meningkat antara Washington dan Teheran di bawah Presiden AS Donald Trump, yang menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 yang penting dan secara sepihak menerapkan kembali sanksi terhadap Iran.
Musuh bebuyutan itu sudah dua kali berada di ambang konfrontasi langsung sejak Juni 2019.