Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa pemimpin Belarus Alexander Lukashenko harus mundur. Komentar ini disampaikan dalam wawancara di sebuah majalah mingguan Prancis.
"Jelas dia harus pergi," katanya kepada Journal du Dimanche seperti dilansir AFP, Minggu (27/9).
Macron menyatakan hal ini setelah Uni Eropa menolak untuk mengakui Lukashenko sebagai presiden sah negara itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah krisis kekuasaan, kekuatan otoriter yang tidak dapat menerima logika demokrasi dan yang bergantung pada kekerasan. Jelas bahwa Lukashenko harus pergi," katanya.
Macron juga mengatakan dia "terkesan dengan keberanian para pengunjuk rasa" di Belarus.
"Mereka tahu risiko yang mereka ambil dengan berdemonstrasi setiap akhir pekan, namun mereka mendorong gerakan untuk membuat demokrasi menjadi hidup di negara yang telah lama dirampas ini," katanya.
"Wanita khususnya, yang berbaris setiap Sabtu, mendapat rasa hormat kami," tambahnya.
Tonton juga 'Demo Menentang Pemerintahan Belarusia Terbesar Dalam Sejarah Negara':
Puluhan ribu orang turun ke jalan di Belarus sejak pemilu 9 Agustus yang menurut pemimpin oposisi Svetlana Tikhanovskaya dimenanginya, meskipun Lukashenko bersikeras bahwa dia menang telak.
Lukashenko telah melancarkan penumpasan brutal terhadap para pengunjuk rasa - menarik kecaman dari Barat, tetapi mendapat dukungan dari Moskow.
Dia baru-baru ini memicu demonstrasi baru dan kritik baru dari negara Barat setelah mengadakan pelantikan rahasia untuk dirinya sendiri.
Lebih dari 90 orang - kebanyakan dari mereka perempuan - ditangkap pada hari Sabtu di rapat umum oposisi, kata satu LSM.
Uni Eropa pada Kamis (25/9) mengatakan pelantikan Lukashenko tidak memiliki "legitimasi demokratis" dan menolak untuk mengakuinya sebagai presiden.