Para Pembangkang Arab Saudi Dirikan Partai untuk Melawan Raja Salman

Para Pembangkang Arab Saudi Dirikan Partai untuk Melawan Raja Salman

Rita Uli Hutapea - detikNews
Kamis, 24 Sep 2020 13:38 WIB
A handout picture provided by the Saudi Royal Palace shows Saudi Arabias King Salman attending the the first joint European Union and Arab League summit in the Egyptian Red Sea resort of Sharm el-Sheikh, on February 24, 2019. (Photo by BANDAR AL-JALOUD / various sources / AFP) / RESTRICTED TO EDITORIAL USE - MANDATORY CREDIT
Raja Salman (Foto: istimewa)
Jakarta -

Sekelompok pembangkang Arab Saudi yang tinggal mengasingkan diri di sejumlah negara, termasuk Inggris dan Amerika Serikat, mengumumkan pendirian sebuah partai oposisi. Partai baru ini menjadi perlawanan politik terorganisir pertama di bawah pemerintahan Raja Salman.

Diketahui bahwa Arab Saudi adalah monarki absolut yang tidak mentolerir oposisi politik apa pun. Namun, pembentukan partai yang diberi nama Partai Majelis Nasional ini terjadi di tengah tindakan keras negara yang berkembang terhadap perbedaan pendapat dan kebebasan berekspresi.

"Dengan ini kami mengumumkan pembentukan Partai Majelis Nasional, yang bertujuan untuk melembagakan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan di kerajaan Arab Saudi," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang dirilis Rabu (23/9) waktu setempat, seperti dilansir kantor berita AFP dan Al-Jazeera, Kamis (24/9/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Partai tersebut dipimpin oleh aktivis hak asasi manusia terkemuka yang berbasis di London, Inggris, Yahya Assiri. Para anggotanya termasuk akademisi Madawi al-Rasheed, peneliti Saeed bin Nasser al-Ghamdi, Abdullah Alaoudh yang berbasis di Amerika Serikat dan Omar Abdulaziz yang berbasis di Kanada, demikian menurut sumber yang dekat dengan organisasi tersebut kepada AFP.

ADVERTISEMENT

"Kami mengumumkan peluncuran partai ini pada saat kritis untuk mencoba menyelamatkan negara kami ... untuk membentuk masa depan yang demokratis dan untuk menanggapi aspirasi rakyat kami," ujar Assiri, sekretaris jenderal partai, seperti dikutip AFP.

Assiri, mantan perwira Angkatan Udara Kerajaan Saudi, sebelumnya telah mendirikan organisasi hak asasi manusia, ALQST yang berbasis di London. Organisasi tersebut telah membuat katalog tentang apa yang disebutnya pelanggaran Saudi yang meluas termasuk penangkapan aktivis wanita, akademisi dan anggota keluarga kerajaan.

Assiri mengatakan, pengumuman pembentukan partai baru ini disampaikan pada saat "ruang lingkup politik telah diblokir ke segala arah".

"Pemerintah terus-menerus melakukan kekerasan dan penindasan, dengan meningkatnya jumlah penangkapan dan pembunuhan politik, kebijakan yang semakin agresif terhadap negara-negara bagian, penghilangan paksa dan orang-orang yang didorong untuk meninggalkan negara itu," ujarnya.

Rasheed, juru bicara partai, menekankan bahwa para pendirinya "tidak memiliki permusuhan pribadi dengan keluarga yang berkuasa".

Tetapi tidak adanya peradilan independen, kontrol ketat pemerintah terhadap media lokal dan "pemberangusan opini publik" adalah faktor lain yang menyebabkan pembentukan kelompok tersebut, demikian pernyataan partai tersebut.

Arab Saudi telah lama menghadapi kritik internasional atas catatan hak asasi manusianya. Kritikan itu meningkat sejak Putra Mahkota Mohammed bin Salman ditunjuk sebagai pewaris takhta Saudi pada Juni 2017.

Secara khusus, pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada Oktober 2018 di dalam gedung konsulat Saudi di Istanbul, Turki, memicu perhatian internasional yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap catatan hak asasi manusia di kerajaan tersebut.

Halaman 2 dari 2
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads