Catatan 200 Ribu Kematian Corona yang Disebut Trump Memalukan

Round-Up

Catatan 200 Ribu Kematian Corona yang Disebut Trump Memalukan

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 24 Sep 2020 05:04 WIB
President Donald Trump speaks with reporters as he walks to Marine One on the South Lawn of the White House, Tuesday, Sept. 15, 2020, in Washington. Trump is en route to Philadelphia. (AP Photo/Alex Brandon)
Foto: Presiden AS Donald Trump (AP Photo/Alex Brandon
Washington DC -

Catatan jumlah kematian akibat virus Corona di Amerika Serikat telah menembus 200 ribu orang. Presiden AS Donald Trump pun menyebut angka itu memalukan.

Trump menyampaikan pernyataan tersebut saat ditanya soal total kematian akibat Corona yang menembus 200 ribu orang di AS.

"Ya, menurut saya itu memalukan," ucap Trump seperti dilansir CNN, Rabu (23/9/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Data terbaru dari Johns Hopkins University (JHU) menunjukkan AS sejauh ini mencatat total 200.724 kematian. Total kasus Corona di AS saat ini melebihi 6,8 juta kasus.

Usai mengabaikan pertanyaan dari wartawan CNN, Nikki Carvajal, soal pesan untuk rakyat Amerika, Trump ditanya soal total kematian yang melewati ambang batas. Namun dia malah mengalihkan percakapan kepada respons Corona, menyalahkan China dan menyebut total kematian bisa lebih buruk jika dia tidak mengambil tindakan.

"Saya pikir jika kita tidak melakukannya dengan tepat dan dengan benar, Anda bisa mendapati 2,5 juta kematian. Jika Anda melihat alternatifnya, Anda bisa mendapati 2,5 juta kematian atau sekitar itu. Anda bisa mendapati angka yang jauh lebih banyak," ucap Trump kepada wartawan di Gedung Putih pada Selasa (22/9) waktu setempat.

"Dan Anda melihat pidato (Sidang Umum) PBB saya, China seharusnya menghentikannya di perbatasan mereka. Mereka seharusnya tidak pernah membiarkan ini menyebar ke seluruh dunia dan itu hal mengerikan," sebutnya kembali menyalahkan China.

Lebih lanjut, Trump juga mengatakan bahwa jika dirinya tidak menutup akses dari China, maka mungkin akan ada lebih dari 3 juta kematian di AS.

"Itu hal yang mengerikan. Seharusnya tidak pernah terjadi. China membiarkan ini terjadi dan ingat itu," ujarnya.

Diketahui bahwa AS hanya melarang warga negara asing yang pernah bepergian ke China dan zona Schengen di Eropa, juga Inggris atau Irlandia, dalam kurun waktu 14 hari terakhir untuk masuk ke wilayah AS. Untuk warga negara AS dan permanent resident AS masih diperbolehkan masuk ke negara itu.

Halaman 2 dari 2
(rdp/rdp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads