Korban jiwa akibat virus Corona terus berjatuhan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebut jumlah kematian mingguan global akibat COVID-19 yang mencapai sekitar 50.000 nyawa sangatlah tinggi.
Hal itu disampaikan WHO pada Jumat (18/9) waktu setempat seiring mendekatinya angka satu juta kematian.
WHO mengatakan bahwa meskipun tingkat kematian dan infeksi global dari virus Corona tidak berubah secara eksponensial, angka di seluruh dunia tersebut menutupi lonjakan di tingkat regional dan lokal yang lebih rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyakit pernapasan ini telah menewaskan hampir 947.000 orang sejak wabah muncul di China Desember 2019 lalu, menurut penghitungan dari sumber resmi yang dikumpulkan oleh AFP, sementara lebih dari 30,2 juta kasus infeksi telah tercatat.
"Kami menambahkan sekitar 1,8 hingga dua juta kasus per minggu ke jumlah kasus global, dan rata-rata antara 40.000 hingga 50.000 kematian," kata direktur darurat WHO Michael Ryan pada konferensi pers virtual seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (189/9/2020).
"Untungnya itu tidak meningkat secara eksponensial. Ini adalah angka yang sangat tinggi untuk diselesaikan. Itu bukan tempat yang kami inginkan," imbuhnya.
"Meskipun angka-angka itu datar di tingkat global, itu menutupi fakta bahwa di tingkat regional dan sub-regional di beberapa negara, kami melihat peningkatan yang signifikan dalam kasus-kasus."
Ryan mengatakan pandemi masih memiliki "jalan panjang" dan meskipun proporsi orang yang terinfeksi meninggal telah menurun karena teknik pengobatan membaik, "kami tidak dapat menerima 50.000 kematian seminggu sebagai angka yang dapat diterima".
Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk Covid-19, mengatakan badan kesehatan PBB melihat "tren yang mengkhawatirkan di belahan bumi utara" dalam hal jumlah kasus, rawat inap, dan perawatan intensif, "dan kita bahkan belum memulai influenza".
"Sirkulasi patogen pernafasan lain akan mempersulit gambaran klinis," tambahnya.
Sementara itu, direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyesalkan pola berulang-ulang yang dikeluarkan untuk wabah virus - hanya setelah kejadian tersebut.
"COVID-19 telah menunjukkan bahwa secara kolektif, dunia sangat kekurangan persiapan," katanya.
Tonton video 'WHO: Penundaan Uji Coba Vaksin adalah Sebuah 'Peringatan'':