1.000 Peziarah Yahudi Ditolak Masuk Ukraina karena Khawatir Corona

1.000 Peziarah Yahudi Ditolak Masuk Ukraina karena Khawatir Corona

Novi Christiastuti - detikNews
Kamis, 17 Sep 2020 12:24 WIB
Jewish pilgrims sit on the Belarus-Ukraine border, in Belarus, Tuesday, Sept. 15, 2020. About 700 Jewish pilgrims are stuck on Belarus border due to coroavirus restrictions that bar them from entering Ukraine. Thousands of pilgrims visit the city each September for Rosh Hashana, the Jewish new year. However, Ukraine closed its borders in late August amid a surge in COVID-19 infections. (TUT.by via AP)
Peziarah Yahudi menunggu di perbatasan Belarus usai ditolak masuk ke Ukraina (TUT.by via AP)
Kiev -

Lebih dari 1.000 peziarah Yahudi Ortodoks terpaksa menunggu di perbatasan Belarus-Ukraina, setelah upaya mereka memasuki Ukraina ditolak karena kekhawatiran penyebaran virus Corona (COVID-19). Mereka berniat melakukan ziarah keagamaan di salah satu kota di Ukraina.

Seperti dilansir CNN, Kamis (17/9/2020), video yang dirilis pemerintah Ukraina menunjukkan banyak pria dan pemuda yang menunggu di tepi jalan raya di Belarus untuk mencoba masuk ke wilayah Ukraina. Bahkan ada yang mendirikan tenda dan rela menunggu semalaman.

Penjaga perbatasan yang memakai helm dan pelindung tubuh lengkap bersiaga di dekat deretan barikade yang dipasang untuk menghalangi orang-orang masuk ke wilayah Ukraina. Diketahui bahwa Ukraina menutup pintu bagi warga negara asing sejak Agustus lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dinas Perbatasan Ukraina dalam pernyataannya menegaskan bahwa para peziarah Yahudi yang menunggu di perbatasan itu mendapatkan makanan dan minuman.

Ukraina menjadi tempat pemakaman Rabbi Nachman Breslov, cicit pendiri gerakan Hasidic, yang meninggal pada abad ke-18 silam. Makamnya yang ada di kota Uman menjadi situs ziarah yang sering dikunjungi oleh warga Yahudi ultra-ortodoks menjelang Rosh Hashanah -- tahun baru Yahudi yang dimulai Jumat (18/9) besok.

ADVERTISEMENT

Salah satu peziarah bernama Avraham Shapira yang menunggu di perbatasan bersama anak-anaknya, menuturkan kepada CNN bahwa dirinya awalnya mem-booking penerbangan langsung dari Tel Aviv, Israel menuju Kiev, Ukraina sekitar empat pekan lalu, karena dia mendengar informasi bahwa perbatasan akan ditutup.

Saat Shapira pergi ke bandara, dia mendapati penerbangannya ditunda. Dia kemudian mem-booking tiket pesawat baru rute Kiev namun via London. Di London, penerbangan lanjutannya dibatalkan juga, namun dia berhasil mem-booking tiket ke Belarus.

Shapira memuji pemerintah Belarus karena menyediakan 'semua layanan' yang dibutuhkan oleh para peziarah Yahudi. Dia menyebut bahwa Belarus menawarkan bus untuk membawa para peziarah langsung ke Uman, tinggal selama dua hari dan kembali ke Belarus.

Dia menegaskan bahwa rombongan peziarah tidak akan 'menemui warga Ukraina' selama kunjungannya ke Uman. "Ini bukan bahaya bagi siapapun. Saya datang untuk berdoa bagi dunia, saya tidak datang untuk berdoa hanya untuk saya," ucapnya.

Otoritas Belarus mengonfirmasi bahwa pihaknya menawarkan transportasi untuk para peziarah Yahudi. "Negara kami siap bertanggung jawab atas semua fungsi ini dan tentu, mengatur prosesnya seaman mungkin, agar tidak mempengaruhi situasi dengan tingkat penyakit COVID," tegas Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, melalui Sekretaris Pers Natalia Eismont.

Sementara itu, diketahui bahwa pemerintah Ukraina telah menerbitkan perintah penutupan perbatasan untuk seluruh warga negara asing mulai 28 Agustus hingga 28 September mendatang, untuk mencegah penyebaran Corona.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads