Pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny, mengaku sudah bisa bernapas tanpa alat bantu dalam pernyataan publik pertamanya usai diduga keracunan di Siberia. Sementara ajudannya mengatakan dia berencana untuk kembali ke Rusia setelah sembuh.
Seperti dilansir AFP, Rabu (16/9/2020), Navalny yang berusia 44 tahun itu dan dikenal sebagai pengkritik Presiden Vladimir Putin itu jatuh sakit parah pada 20 Agustus lalu. Saat itu, Navalny sedang dalam penerbangan dari kota Tomsk, Siberia menuju ke Moskow setelah perjalanan untuk mendukung kandidat oposisi dalam pemilihan lokal.
"Halo, ini Navalny," tulisnya dalam sebuah postingan di Instagram, muncul bersama istri dan dua anaknya di rumah sakit Berlin tempat dia diterbangkan untuk perawatan setelah jatuh sakit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masih mengenakan pakaian rumah sakit, Navalny terlihat kurus dan nyaris tidak tersenyum sementara istrinya Yulia berseri-seri di sampingnya.
"Kemarin saya bisa bernapas sendiri sepanjang hari," tulisnya.
"Ini proses yang luar biasa dan diremehkan oleh banyak orang. Saya merekomendasikannya," canda Navalny, yang memiliki 1,8 juta pengikut di Instagram.
"Saya merindukanmu," katanya kepada para pendukungnya.
Sementara itu, juru bicara Navalny Kira Yarmysh mengatakan secara terpisah bahwa pemimpin oposisi itu berencana untuk kembali ke Rusia.
"Tidak ada pilihan lain yang dipertimbangkan," katanya kepada AFP.
Sebelumnya, Jerman mengatakan bahwa ada "bukti tegas" bahwa Navalny diracun agen saraf Novichok. Moskow dengan marah menolak temuan itu dan menegaskan para dokternya tidak menemukan jejak racun.
Keracunan yang dicurigai oleh juru kampanye antikorupsi telah memicu kecaman tajam dari para pemimpin Barat yang telah menyerukan penyelidikan menyeluruh dan mereka yang bertanggung jawab untuk dibawa ke pengadilan.
Jerman mengatakan Senin bahwa laboratorium Prancis dan Swedia telah secara independen mengkonfirmasi temuan para dokter di Berlin bahwa Navalny diracuni dengan Novichok.
Para sekutu Navalny mengatakan bahwa penggunaan senjata kimia terlarang itu berarti hanya negara Rusia yang bisa bertanggung jawab.