Membelot, 2 Tentara Myanmar Ungkap Kekejaman Militer pada Rohingya

Membelot, 2 Tentara Myanmar Ungkap Kekejaman Militer pada Rohingya

Novi Christiastuti - detikNews
Kamis, 10 Sep 2020 17:53 WIB
In this image taken from video provided by the Arakan Army, Private Myo Win Tun provides a video testimony from an undisclosed location somewhere in Myanmar on July 23, 2020. Two soldiers who deserted from Myanmar’s army have testified on video that they were instructed by commanding officers to β€œshoot all that you see and that you hear” in villages where minority Rohingya Muslims lived, a human rights group said Tuesday, Sept. 8, 2020. (Arakan Army via AP)
Myo Win Tun, salah satu tentara Myanmar yang membelot memberikan pengakuan via video (Arakan Army via AP)
Naypyitaw -

Dua tentara Myanmar yang membelot memberikan pengakuan via video soal kekejaman militer terhadap etnis minoritas Muslim Rohingya. Keduanya mengaku diinstruksikan oleh komandan mereka untuk 'menembak semua yang kalian lihat dan kalian dengar' saat menjalankan operasi di desa-desa Rohingya.

Seperti dilansir Associated Press, Kamis (10/9/2020), pengakuan semacam ini menjadi yang pertama disampaikan kepada publik oleh tentara Myanmar soal keterlibatan militer dalam pembunuhan, pemerkosaan dan berbagai tindak kejahatan lainnya terhadap Rohingya.

Lebih dari 700 ribu warga Rohingya kabur dari Myanmar ke Bangladesh sejak Agustus 2017, dalam upaya menyelamatkan diri dari operasi militer Myanmar yang disebut sebagai operasi pembersihan, usai kelompok pemberontak Rohingya menyerang militer Myanmar di Rakhine.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah Myanmar membantah tuduhan yang menyebut tentaranya melakukan pemerkosaan dan pembunuhan massal, serta melakukan pembakaran terhadap ribuan rumah Rohingya.

Rekaman video yang menampilkan pengakuan dua tentara Myanmar yang membelot itu diposting kelompok HAM, Fortify Rights, pada sebuah situs berbagi video. Disebutkan Fortify Rights bahwa video itu direkam pada Juli lalu, saat kedua tentara itu ditahan oleh Arakan Army, kelompok gerilya di Rakhine yang terlibat konflik bersenjata dengan militer Myanmar.

ADVERTISEMENT

Disebutkan Fortify Rights yang fokus pada isu Myanmar bahwa kedua tentara itu melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh pada bulan lalu dan kini diyakini berada dalam tahanan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Belanda. ICC diketahui sedang menyelidiki dugaan tindak kekerasan terhadap Rohingya.

Menurut Fortify Rights, kedua tentara yang diidentifikasi sebagai Myo Win Tun (33) dan Zaw Naing Tun (30) itu bertugas pada batalion infrantri yang berbeda. Keduanya disebut memberikan 'nama-nama dan pangkat dari 19 pelaku langsung dari militer Myanmar, termasuk diri mereka sendiri, juga enam komandan senior ... yang mereka klaim memberikan perintah atau berkontribusi pada tindak kejahatan kejam terhadap Rohingya'.

Dalam pengakuannya, Myo Win Tun mengklaim bahwa unitnya membunuh dan menguburkan 30 orang dalam salah satu operasi militer di desa Rohingya. Dia menyebut komandannya yang bernama Kolonel Than Htike memerintahkan unit militernya untuk 'memusnahkan semua Kalar' yang merujuk pada sebutan merendahkan untuk Rohingya.

In this image taken from video provided by the Arakan Army, Private Zaw Naing Tun provides a video testimony from an undisclosed location somewhere in Myanmar on July 8, 2020. Two soldiers who deserted from Myanmar's army have testified on video that they were instructed by commanding officers to Zaw Naing Tun, salah satu tentara Myanmar yang membelot memberikan pengakuan via video Foto: Arakan Army via AP

Tonton juga 'Video Pengakuan 2 Tentara Myanmar':

[Gambas:Video 20detik]

Sedangkan Zaw Naing Tun menuturkan bahwa unit militernya 'memusnahkan' 20 desa Rohingya. Dia mengklaim ada sekitar 80 orang yang dibunuh, yang termasuk anak-anak dan warga lanjut usia. Dia menyebut bahwa pembunuhan Rohingya itu disetujui oleh komandannya yang bernama Letnan Kolonel Myo Myint Aung.

Associated Press tidak bisa memverifikasi secara independen keterangan dua tentara Myanmar dan memastikan apakah pengakuan itu disampaikan di bawah tekanan atau tidak. Namun, badan-badan PBB dan organisasi HAM telah secara ekstensif melaporkan kekejaman militer Myanmar terhadap Rohingya dalam laporan-laporan mereka.

Pengakuan yang disampaikan kedua tentara Myanmar itu dinilai bersesuaian dengan sejumlah besar laporan yang dikumpulkan penyidik PBB dan relawan HAM independen dari para pengungsi Rohingya yang kini ditampung di Bangladesh.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads