Rumah sakit (RS) Berlin di Jerman yang merawat tokoh oposisi Rusia, Alexei Navalny, menyatakan hasil tes mengindikasikan politikus 44 tahun itu terindikasi diracun. Hal ini bertentangan dengan hasil pemeriksaan dokter-dokter Rusia yang sebelumnya menyatakan tidak ada bekas racun dalam tubuh Navalny.
Seperti dilansir AFP, Selasa (25/8/2020), Navalny (44) yang juga dikenal sebagai pengkritik Presiden Rusia, Vladimir Putin, ini diterbangkan ke Berlin, Jerman pada Sabtu (23/8) waktu setempat, setelah tiba-tiba jatuh sakit di Siberia pekan lalu dengan dokter Rusia menyalahkannya pada gangguan metabolisme.
Namun pada Senin (24/8) waktu setempat, RS Charite yang terkemuka di Berlin mengumumkan bahwa hasil tes klinis terhadap Navalny 'mengindikasikan keracunan dengan zat dari kelompok cholinesterase inhibitor'.
Cholinesterase merupakan enzim yang dibutuhkan untuk sistem saraf pusat berfungsi dengan baik. Inhibitor-nya, atau penghambatnya, digunakan dalam membuat obat dan insektisida, tapi juga sebagai agen saraf seperti sarin.
"Prognosis Alexei Navalny tetap tidak jelas; kemungkinan efek jangka panjang, terutama yang mempengaruhi sistem saraf, tidak bisa dikesampingkan," sebut RS Charite dalam pernyataannya via Twitter.
Navalny kini berada dalam perawatan intensif dan tetap dalam kondisi koma secara medis. "Sementara kondisinya serius, saat ini tidak mengancam nyawa," imbuh pernyataan pihak RS Charite.
Navalny merupakan salah satu dari banyak pengkritik Kremlin yang jatuh sakit atau tewas akibat keracunan, dengan beberapa akibat agen saraf. Dia hilang kesadaran sesaat usai pesawatnya lepas landas dari Tomsk di Siberia pada Kamis (21/8) waktu setempat, saat dia sedang bekerja mendukung kandidat oposisi dalam pemilu bulan depan.
Simak video 'Jerman Siap Merawat Alexei Navalny yang Diduga Diracun':