Vaksin Corona 'Sputnik V' buatan Rusia masih melalui proses uji klinis. Namun, vaksin buatan negeri beruang merah ini sudah laris manis.
Seperti dilansir dari AFP, dalam pengumuman yang mengejutkan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim pada Selasa (11/8) bahwa vaksin yang dijuluki "Sputnik V" - diambil dari nama satelit Soviet - memberikan "kekebalan berkelanjutan" terhadap virus Corona.
Saat laboratorium penelitian di seluruh dunia berlomba untuk mengembangkan vaksin, para produsen telah menerima pembiayaan untuk membantu mereka mempersiapkan jutaan dosis siap untuk diberikan pada tahun 2021 atau bahkan sebelum akhir tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rusia menyebut telah menerima permintaan awal untuk 1 miliar dosis vaksin COVID-19. Kirill Dmitriyev, kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) yang mendanai proyek vaksin, mengatakan bahwa Rusia telah menerima permintaan untuk produksi satu miliar dosis vaksin COVID-19 Sputnik V dari 20 negara.
Sementara beberapa negara Amerika Latin, Timur Tengah dan Asia telah menyatakan minatnya untuk membeli vaksin Rusia, beberapa kontrak negara lain telah diselesaikan.
"Kami telah menerima permintaan awal untuk pembelian lebih dari 1 miliar dosis vaksin dari 20 negara bagian," ujar Dmitriyev dalam konferensi pers yang dilakukan secara daring dikutip dari NDTV, Rabu (12/8/2020).
"Kami siap memastikan produksi lebih dari 500 juta dosis vaksin bersama dengan mitra asing kami di lima negara, dan kami berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi kami," sambungnya.
Dmitriyev membenarkan bahwa RDIF telah setuju untuk mengadakan uji klinis tahap ketiga vaksin COVID-19 di luar negeri dengan Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Brasil, dan negara bagian lain.
Hanya saja kebijakan vaksinasi COVID-19 di Rusia banyak dikritik oleh para ilmuwan di seluruh dunia. Sebab diketahui negara tersebut baru melakukan dua uji coba vaksin, dengan yang ketiga direncanakan setelah sukarelawan mendaftar.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga belum menerima informasi yang cukup tentang bagaimana Rusia mengembangkan vaksin untuk mengevaluasinya.