Pemerintah Iran menyatakan bahwa negara-negara seharusnya menahan diri untuk tidak mempolitisasi ledakan dahsyat yang mengguncang kota Beirut, Lebanon, pekan lalu. Amerika Serikat (AS) diimbau untuk mencabut sanksi terhadap Lebanon, jika serius memberikan bantuan.
"Ledakan itu tidak seharusnya dimanfaatkan sebagai alasan untuk tujuan politik ... penyebab ledakan itu seharusnya diselidiki secara hati-hati," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, dalam konferensi pers dan seperti dilansir Reuters, Senin (10/8/2020).
Diketahui bahwa Presiden Prancis, Emmanuel Macron, datang langsung ke Lebanon untuk mengunjungi lokasi ledakan di pelabuhan Beirut pada Kamis (6/8) lalu, atau dua hari setelah ledakan dahsyat terjadi dan memicu kerusakan secara luas di kota tersebut. Pada saat yang sama, warga Lebanon menggelar unjuk rasa menuntut diakhirinya politik patronasi yang korup selama bertahun-tahun di negara itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditanya soal kunjungan Macron, Mousavi menjawab: "Beberapa negara telah berupaya mempolitisasi ledakan untuk untuk kepentingan mereka sendiri."
Dalam konferensi donatur darurat pada Minggu (9/8) waktu setempat, Macron menyatakan bahwa para donatur akan bisa mengawasi secara saksama bagaimana bantuan kemanusiaan untuk Lebanon digunakan.
Mousavi juga menyinggung sanksi yang diberlakukan AS untuk Hizbullah, kelompok Syiah bersenjata yang merupakan salah satu kekuatan politik paling berpengaruh di Lebanon. Oleh AS, Hizbullah ditetapkan sebagai kelompok teroris dan dijatuhi sanksi-sanksi.
Iran selama ini diketahui mendukung Hizbullah. "Jika Amerika jujur soal tawaran bantuan untuk Lebanon, mereka seharusnya mencabut sanksi-sanksi," cetus Mousavi dalam pernyataannya.
Tonton video 'Terjadi saat Misa, Ledakan di Lebanon Terekam CCTV Gereja':