Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Mike Pompeo mendesak para tokoh terkemuka Afghanistan yang mengadakan pertemuan besar, untuk membebaskan tahanan Taliban. Pompeo menjanjikan bantuan jika negara yang dilanda perang itu bergerak maju dalam upaya perdamaian.
"Kami mengakui bahwa pembebasan para tahanan ini tidak populer," kata Pompeo dalam sebuah pernyataannya, Jumat (7/8/2020) seperti yang dilansir AFP.
"Tapi tindakan sulit ini akan membawa pada hasil penting yang telah lama dicari oleh warga Afghanistan dan teman-teman Afghanistan: pengurangan kekerasan dan pembicaraan langsung yang menghasilkan kesepakatan damai dan mengakhiri perang," tuturnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pernyataan yang tidak terpikirkan usai serangan 11 September 2001 yang memicu invasi AS, Pompeo mengatakan kepada para pemimpin Afghanistan bahwa Taliban berkomitmen untuk mengurangi kekerasan setelah pembicaraan dimulai.
Taliban menuntut pembebasan 400 tahanan - kebanyakan dituduh melakukan pelanggaran serius, dengan lebih dari 150 terpidana mati - sebagai syarat untuk memulai pembicaraan damai dengan pemerintah yang diakui secara internasional di Kabul.
Presiden Ashraf Ghani menunda keputusan apakah akan membebaskan narapidana ini ke loya jirga - pertemuan tradisional Afghanistan dengan para tetua suku dan pemangku kepentingan lainnya.
Pemerintahan Presiden Donald Trump sangat ingin mengakhiri perang terpanjang di Amerika dan menunjukkan keberhasilan kebijakan luar negeri menjelang pemilihan November.
Amerika Serikat pada 29 Februari menandatangani kesepakatan dengan Taliban di mana semua pasukan AS akan pergi pada pertengahan 2021.
Pompeo bersumpah bahwa AS akan mempertahankan dukungan untuk Afghanistan.
"Kami siap mendukung penyelesaian perdamaian, termasuk dengan memperluas program pembangunan AS ke wilayah yang sebelumnya kurang terlayani," kata Pompeo.