Rusia menyesalkan keputusan Turki yang mengubah bangunan ikonik, Hagia Sophia di Istanbul menjadi masjid. Kekecewaan sebelumnya juga telah disampaikan gereja Ortodoks Rusia.
Seperti dilansir dari AFP, Senin (13/6/2020), pengadilan tinggi Turki memutuskan pada hari Jumat (10/7) waktu setempat, bahwa konversi Hagia Sophia menjadi museum pada 1934 adalah melanggar hukum. Keputusan itu membatalkan keputusan kabinet Turki tahun 1934 dan memutuskan bahwa situs Warisan Dunia itu harus dibuka kembali untuk ibadah muslim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sontak, keputusan pengadilan tersebut memicu kemarahan global. Gereja Ortodoks Rusia sudah menyatakan kecewa atas keputusan itu.
Sementara itu, dalam situs Kementerian Luar Negeri Rusia, juru bicara Maria Zakharova mengatakan Moskow "mencatat dengan menyesalkan" keputusan Turki mengenai situs Warisan Dunia UNESCO itu.
Komentar Zakharova muncul setelah Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Vershinin mengatakan kepada wartawan bahwa Rusia memandang langkah itu sebagai "urusan dalam negeri Turki di mana kami dan orang lain tidak boleh ikut campur."
Zakharova mengatakan bahwa sebagai museum, "tempat suci bagi semua agama Kristen" itu telah menjadi "simbol perdamaian dan persatuan antaragama."
Tonton video 'Paus Fransiskus Sedih Hagia Sophia Kembali Jadi Masjid':
Rusia mengandalkan manajemen Hagia Sophia untuk "sepenuhnya mematuhi status situs UNESCO,".
"Kami mengharapkan keputusan apa pun tentang museum unik ini untuk memperhitungkan signifikansi uniknya bagi orang-orang beriman di seluruh dunia," ujarnya.
Awalnya sebuah katedral Bizantium, Hagia Sophia telah digunakan sebagai masjid sebelum menjadi museum. Sebelumnya pada hari Jumat (10/7), juru bicara Ortodoks Rusia Vladimir Legoida mengatakan "keprihatinan jutaan orang Kristen tidak didengar" oleh pihak berwenang Turki.
Hagia Sophia dibangun sebagai katedral selama kekaisaran Bizantium tetapi diubah menjadi masjid setelah penaklukan Ottoman atas Konstantinopel pada tahun 1453.