Dakwaan untuk Paman Sam Setelah Serangan Mematikan ke Jenderal Iran

Round-Up

Dakwaan untuk Paman Sam Setelah Serangan Mematikan ke Jenderal Iran

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 11 Jul 2020 09:38 WIB
FILE - In this Sept. 18, 2016, file photo provided by an official website of the office of the Iranian supreme leader, Revolutionary Guard Gen. Qassem Soleimani, center, attends a meeting in Tehran, Iran. Iraqi TV and three Iraqi officials said Friday, Jan. 3, 2020, that Soleimani, the head of Iran’s elite Quds Force, has been killed in an airstrike at Baghdad’s international airport. (Office of the Iranian Supreme Leader via AP, File)
Foto: Jendral Qasem Soleimani (AP Photo)
Jenewa -

Amerika Serikat (AS) didakwa melanggar hukum internasional usai membunuh komandan pasukan elite Quds di Garda Revolusi Iran, Qasem Soleimani. Dalam serangan itu, Soleimani wafat usai diserang oleh pesawat nirawak milik negeri Paman Sam itu.

Seperti dilansir BBC, Jumat (10/7/2020) Jenderal Soleimani yang berpengaruh itu tewas bersama sembilan orang lainnya di dekat Bandara Internasional Baghdad, Irak pada tangggal 3 Januari silam atas permintaan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Trump berdalih Soleimani bertanggung jawab atas kematian ratusan tentara AS dan merencanakan serangan yang akan segera terjadi terhadap kepentingan negara itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Namun dalam laporannya, pelapor khusus PBB, Agnes Callamard, mengatakan AS tidak memberikan cukup bukti tentang serangan yang tak dapat dihindarkan sehingga sampai perlu membunuh Soleimani.

Laporan PBB tersebut dikeluarkan sepekan setelah Iran mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Presiden Trump dan 35 orang lainnya atas pembunuhan sosok jenderal paling berpengaruh di Iran tersebut.

Mereka menghadapi tuduhan pembunuhan dan terorisme, dan Interpol diminta bantuannya untuk menahan Trump dan ke-35 orang lainnya.

Agnes Callamard menyampaikan laporannya dalam sidang Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa. Dalam laporan itu disebutkan AS tidak memberikan bukti yang menunjukkan Soleimani secara khusus merancang serangan yang akan segera terjadi terhadap kepentingan AS, khususnya di Irak, sehingga perlu segera diambil tindakan dan dengan demikian serangan terhadap Soleimani dapat dibenarkan.

"Mayor Jenderal Soleimani bertanggung jawab atas strategi militer, dan langkah di Suriah dan Irak. Tetapi karena tidak ada ancaman nyata terhadap keselamatan jiwa, maka tindakan yang dilakukan AS melanggar hukum."

Tonton juga '19 Orang Tewas dalam Ledakan di Klinik Iran':

[Gambas:Video 20detik]

Oleh sebab itu, serangan dengan pesawat tak berawak itu merupakan "pembunuhan di luar putusan pengadilan" berdasarkan hukum HAM internasional, menurut laporan PBB.

Ditambahkan oleh Callamard, Iran juga melanggar hukum karena melancarkan serangan rudal sebagai balasan.

AS pun menanggapi dakwaan pelanggaran hukum internasional ini. Hal ini langsung disampaikan oleh Departemen Luar Negeri AS.

"Diperlukan ketidakjujuran intelektual tertentu untuk menerbitkan laporan berisi kecaman terhadap Amerika Serikat karena bertindak untuk membela diri, sementara menutup-nutupi masa lalu Jenderal Soleimani yang terkenal jahat sebagai salah seorang teroris yang paling mematikan di dunia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri, Morgan Ortagus.

"Laporan yang berat sebelah dan menjemukan ini merongrong hak asasi manusia dengan jalan memberikan kartu masuk kepada teroris dan sekali lagi menunjukkan bahwa AS mengambil keputusan yang tepat ketika keluar "dari Dewan HAM PBB pada tahun 2018, tambahnya.

Untuk diketahui, sejak 1998, Mayor Jenderal Qasem Soleimani memimpin Pasukan Quds. Pasukan Quds adalah kesatuan elite di dalam tubuh Garda Revolusi Iran dengan tugas menangani operasi rahasia di luar negeri.

Iran mengakui peran Pasukan Quds dalam rangkaian konflik di Suriah. Kesatuan itu bertugas memberi konsultasi kepada pasukan yang setia terhadap Presiden Suriah, Bashar al-Assad, sekaligus mempersenjatai ribuan milisi Syiah di Suriah dan Irak.

Khusus di Irak, Pasukan Quds memberi sokongan kepada paramiliter Syiah yang membantu melawan ISIS. Konflik-konflik ini menjadikan Soleimani semacam pesohor di Iran.

Pemerintahan Trump menuding Pasukan Quds adalah "mekanisme utama Iran untuk memanen dan mendukung" kelompok-kelompok yang dikategorikan AS sebagai kelompok teroris di Timur Tengah, termasuk Gerakan Hizbollah di Libanon dan Jihad Islam di Palestina.

Dukungan Pasukan Quds, menurut AS, diberikan dalam wujud penyediaan dana, pelatihan, persenjataan, dan peralatan militer.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, menggolongkan Garda Revolusi Iran dan Pasukan Quds sebagai kelompok teroris asing pada April 2019 lalu.

Halaman 2 dari 3
(rdp/rdp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads