WHO Pantau Wabah Pes di China

WHO Pantau Wabah Pes di China

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 07 Jul 2020 19:16 WIB
Wabah pes di China: Warga Mongolia dilarang berburu dan makan hewan marmot
Ilustrasi (BBC World)
Beijing -

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pihaknya tengah memantau kasus wabah pes yang muncul di China. Pemantauan dilakukan setelah WHO mendapat pemberitahuan langsung dari otoritas China.

Seperti dilansir AFP, Selasa (7/7/2020), seorang penggembala di wilayah Inner Mongolia bagian utara yang masuk wilayah China, telah mengonfirmasi keberadaan wabah pes (bubonic plague) pada akhir pekan lalu. Wabah pes, yang disebabkan infeksi bakteri ini dapat mematikan, namun bisa diobati dengan antibiotik yang tersedia secara umum.

Kantor berita Xinhua melaporkan bahwa dua kasus wabah pes terkonfirmasi di Provinsi Khovd, yang bertetangga dengan Mongolia, pekan lalu. Dua kasus itu melibatkan dua pria kakak-beradik yang mengonsumsi daging marmot, sejenis tikus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Wabah pes telah ada bersama kita dan akan selalu bersama kita, selama berabad-abad," ujar juru bicara WHO, Margaret Harris, kepada wartawan dalam konferensi pers virtual.

"Kita sedang memeriksa jumlah kasusnya di China. Situasinya dikelola secara baik. Pada saat ini, kita tidak menganggapnya berisiko tinggi, tapi kami mengawasinya, memantaunya dengan hati-hati," terangnya.

ADVERTISEMENT

Harris menuturkan bahwa WHO tengah bekerja dalam kemitraan dengan otoritas China dan otoritas Mongolia. Dalam pernyataannya, pihak WHO menyatakan bahwa pihaknya diberitahu oleh otoritas China soal satu kasus wabah pes di Inner Mongolia pada 6 Juli.

"Wabah ini tergolong langka, biasanya ditemukan di area-area geografis tertentu di berbagai belahan dunia di mana wabah ini masih endemik," sebut WHO dalam pernyataannya, sambil menambahkan kasus sporadis untuk kasus wabah ini telah dilaporkan di China dalam satu dekade terakhir.

"Wabah pes merupakan bentuk paling umum dan ditularkan antara hewan dan manusia melalui gigitan kutu yang terinfeksi dan kontak langsung dengan bangkai hewan kecil yang terinfeksi. Wabah ini tidak mudah menular antar manusia," imbuh pernyataan WHO.

Menurut Komisi Kesehatan Nasional China (NHC), wabah pes tergolong langka di China dan bisa diobati. Data NHC menunjukkan sedikitnya lima orang meninggal akibat wabah pes sejak tahun 2014.

Kasus baru terkait wabah pes pertama kali dilaporkan pada Sabtu (4/7) lalu di sebuah rumah sakit di wilayah Banner Tengah Urad, Inner Mongolia, tepatnya di kota Bayannur. Si pasien dicurigai terinfeksi bakteri tersebut, namun belum jelas bagaimana atau mengapa pasien kemungkinan terinfeksi. Komisi kesehatan kota tersebut menyatakan bahwa pasien ini dalam kondisi stabil di sebuah rumah sakit di Bayannur.

Peringatan level tiga telah ditetapkan di wilayah itu, yang berarti masyarakat dilarang berburu dan memakan hewan yang dapat membawa bakteri pes. Masyarakat juga diminta melapor kepada otoritas terkait jika ada kasus yang dicurigai terpapar wabah pes.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads