Seorang perawat di Inggris berhasil sembuh secara "ajaib" dari COVID-19. Dia pun membagikan ceritanya ketika koma selama 43 hari akibat virus Corona.
Seperti dilansir The Star, Senin (29/6/2020) Felix Khor (68) dirawat di Rumah Sakit Southend pada masa puncak lockdown di Inggris dan menghabiskan waktu 43 hari dengan ventilator di unit perawatan intensif rumah sakit umum, tempat ia telah bekerja selama lebih dari 15 tahun.
Perawat kelahiran Ipoh, Malaysia itu sebelumnya adalah petugas resusitasi (tindakan membuka jalan napas) di rumah sakit, tetapi dia secara sukarela keluar dari masa pensiunnya dan kembali ke departemen darurat rumah sakit untuk membantu garis depan dalam pertempuran mereka melawan COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada hari terakhir bulan Maret, saya bekerja di departemen darurat. Ada banyak orang pada hari itu. Tiba-tiba, saya merasa sangat dingin. Jadi, saya meminta salah satu kolega saya untuk memeriksa suhu saya dan suhu 38,4 Β° C, yang cukup tinggi," ujar Khor.
"Dia menyarankan saya untuk pulang dan menyendiri," katanya dalam sebuah wawancara telepon.
Khor mengaku sempat minum parasetamol setiap enam jam, tetapi suhu tubuhnya terus naik. "Hari berikutnya saya meminta dokter konsultan untuk memeriksa saya, termasuk detak jantung saya. Tidak apa-apa. Namun, hasil rontgen menunjukkan beberapa perubahan di paru-paru saya," tuturnya.
"Dokter konsultan mengatakan bahwa saya bisa jadi tertular COVID-19, yang pada saat itu merupakan penyakit baru," katanya, seraya menambahkan bahwa ia disuruh pulang dan beristirahat dan minum obat.
Dia mengatakan bahwa kondisinya semakin gawat. Dia akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
"Pada 1 April, saya merasa sangat sakit. Saya dilarikan ke unit gawat darurat dengan ambulans. Pada saat saya mencapai ruang gawat darurat, saya menjadi mengantuk dan tidak sadar. Mereka memakaikan ventilator dan saya koma selama 43 hari," tuturnya.
Tonton video 'Jokowi ke Kemenkes: Bantuan Corona Jangan Bertele-tele!':
Ketika akhirnya dia bangun, dia merasa agak bingung. "Dan ketika saya membaik secara bertahap, mereka mengirim saya ke unit pernapasan," imbuhnya.
Khor menceritakan bahwa pada satu titik, dia bahkan tidak bisa menggerakkan satu inci pun dari tubuhnya ketika dia ditempatkan pada ventilator.
Khor berjuang untuk berbicara lebih dari dua kata sekaligus dan akan berhenti sebelum dia berbicara kepada orang lain. Dia pun mengaku sempat frustrasi.
"Saya membutuhkan dua orang untuk memeluk saya sehingga saya bisa duduk. Itu sangat menakutkan, membuat saya frustrasi dan sedih," ungkap Khor.
Dia mengakui bahwa dia sempat merasa ingin bunuh diri, tetapi tidak lama kemudian dia bisa berbicara dengan seorang psikiater.
Setelah itu, Khor bertekad untuk mengatasi semua tantangan dan bertahan untuk pulih dari kondisinya.
"Saya harus melalui beberapa sesi fisioterapi, di mana pada awalnya saya harus belajar bagaimana bergerak dengan dua orang memegang saya, kemudian berjalan dengan dua tongkat jalan, dan kemudian tanpa tongkat," kata Khor.
Atas kesembuhannya, Khor menyampaikan apresiasinya kepada orang-orang yang telah membantunya.
"Saya sangat berterima kasih kepada semua staf rumah sakit yang telah membantu menjaga, dan untuk cinta dan dukungan yang sangat besar dari kolega dan teman-teman," kata Khor kepada BBC saat diwawancarai.