Setidaknya, peristiwa pengerusakan patung-patung ini terjadi di Amerika Serikat dan Eropa.
Peristiwa terjadi setelah demonstrasi yang sebagian besar berjalan damai sepanjang akhir pekan diwarnai beberapa bentrokan dengan polisi.
Pada hari Minggu malam, polisi di pusat kota London mengeluarkan perintah pembubaran untuk Kota Westminster, memaksa khalayak untuk meninggalkan wilayah itu setelah kerusuhan.
Boris Johnson mengirim twit yang mengatakan bahwa aksi protes telah "dirusak oleh premanisme". Aksi protes umumnya berjalan damai. Rekaman udara menunjukkan ribuan demonstran membanjiri jalan-jalan di luar kedutaan AS di Vauxhall, London selatan, sebelum bergerak menuju Parliament Square dan Downing Street.
Polisi bergumul dengan demonstran dalam unjuk rasa Black Lives Matter di London pusat.EPAKepolisian Kota London mengeluarkan perintah pembubaran pada Minggu malam, memaksa khalayak untuk pergi dari wilayah itu.
Inspektur Polisi Metropolitan Jo Edwards mengatakan bahwa menyusul "aksi protes yang sebagian besar berjalan damai" di ibu kota, para petugas berhadapan dengan "adegan kekerasan dan kekacauan" lebih lanjut yang "sepenuhnya tidak dapat diterima".
Sebelumnya pada hari itu, di Bristol, pengunjuk rasa menggunakan tali untuk merobohkan patung perunggu Edward Colston, seorang pedagang budak abad ke-17 yang terkenal, yang telah menjadi kontroversi di kota itu selama bertahun-tahun.
Colston adalah anggota Royal African Company, yang mengangkut sekitar 80.000 pria, wanita dan anak-anak dari Afrika ke Amerika.
Saat kematiannya pada 1721, ia mewariskan kekayaannya kepada badan amal dan warisannya masih dapat dilihat di jalan-jalan, monumen, dan bangunan di Bristol.
Setelah patung digulingkan, muncul foto seorang pengunjuk rasa yang menekankan lututnya di leher sosok itu mengingatkan pada video yang menunjukkan George Floyd, pria kulit hitam yang meninggal dalam proses penahanan oleh seorang petugas kepolisian Minnesota.
Patung itu kemudian diseret sepanjang jalanan Bristol dan dibuang ke pelabuhan. Bekas alasnya digunakan sebagai panggung bagi para pemrotes.
Sedangkan di Parliament Square, patung Sir Winston Churchill dicorat-coret dengan grafiti, dan ditempeli tanda Black Lives Matter tindakan yang disebut "konyol dan kontraproduktif" oleh menteri luar negeri James Cleverly.
Dan di Warwickshire, pengunjuk rasa menyebabkan penutupan jalan raya M6 selama sekitar satu jam menyusul demonstrasi di pusat kota Coventry.
Sementara itu, sebuah patung Christopher Columbus di Boston, Amerika Serikat (AS), ditemukan telah dipenggal kepalanya. Aksi vandalisme ini terjadi saat marak seruan pemusnahan patung-patung yang mengenang penjajah dan tokoh perbudakan di AS, sebagai buntut dari unjuk rasa anti-rasialisme.
Seperti dilansir AFP, Kamis (11/6/2020), sebuah patung Columbus di Miami juga menjadi korban aksi vandalisme. Satu patung Columbus lainnya yang ada di Richmond, Virginia, dirobohkan dan diseret ke dalam danau setempat.
Insiden-insiden ini terjadi saat tekanan semakin memuncak di AS untuk memusnahkan monumen dan patung yang terkait dengan rasialisme, setelah banyak digelar unjuk rasa besar-besaran untuk memprotes kematian seorang pria kulit hitam bernama George Floyd saat ditahan polisi Minneapolis, bulan lalu.
Columbus yang merupakan penjelajah Italia yang sejak lama disebut sebagai penemu 'Dunia Baru' dalam buku-buku pelajaran sekolah ini, dianggap banyak pihak telah memicu genosida selama bertahun-tahun terhadap penduduk asli benua Amerika. Dia kerap dikecam dengan cara yang sama seperti para jenderal Perang Sipil yang pro-perbudakan di selatan Amerika.
Patung Columbus yang ada di Boston -- yang berdiri di jantung kota -- telah menjadi kontroversi selama bertahun-tahun, seperti patung-patung Columbus lainnya di berbagai wilayah AS. Patung ini pernah menjadi korban aksi vandalisme sebelumnya.
Wali Kota Boston, Marty Walsh, mengecam pemenggalan patung itu, namun dia menyatakan patung itu akan dipindahkan untuk sementara waktu hingga ada keputusan lanjutan.
Sementara itu, Patung Leopold II di Belgia, juga tak lepas jadi korban imbas demonstrasi anti-rasialisme ini.
Seperti dilansir dari Associated Press (AP), Kamis (11/6/2020) dalam hal kolonialisme dan rasisme yang kejam, hanya sedikit tokoh sejarah yang lebih terkenal daripada Leopold II, raja Belgia yang menguasai Kongo sebagai harta pribadinya dan mungkin bertanggung jawab atas kematian jutaan rakyat Kongo lebih dari seabad yang lalu.
Aksi-aksi protes melanda dunia setelah kematian George Floyd di Amerika Serikat (AS) telah menambah bahan bakar bagi sebuah gerakan untuk menghadapi peran Eropa dalam perdagangan budak dan masa lalu kolonialismenya. Leopold semakin dipandang sebagai noda pada negara tempat ia memerintah dari tahun 1865 hingga 1909. Para demonstran ingin dia dihapus dari pandangan publik.
Hanya dalam minggu terakhir, aliran pertikaian yang berlangsung lama yang menghasilkan kerusakan. Patung-patung Leopold dirusak di 6 titik kota. Di kota pelabuhan Antwerp satu patung dibakar dan harus dilepas untuk diperbaiki. Tidak jelas apakah patung itu akan kembali dipasang.
"Ketika Anda mendirikan patung, itu memuji tindakan siapa yang diwakili. Jerman tidak akan berpikir keras untuk membangun patung Hitler dan menghibur mereka," kata Mireille-Tsheusi Robert, presiden kelompok aksi Kongo Bamko-Cran, yang menginginkan semua patung Leopold dipindahkan dari kota-kota Belgia.
"Bagi kami, Leopold telah melakukan genosida," ungkapnya.
Leopold memerintah Kongo sebagai wilayah kekuasaan, memaksa banyak rakyatnya menjadi budak untuk mengambil sumber daya demi keuntungan pribadinya. Pemerintahan awalnya, mulai tahun 1885, terkenal karena kebrutalannya, yang menurut beberapa ahli menyebabkan 10 juta orang tewas.
Setelah kepemilikannya atas Kongo berakhir pada 1908, ia menyerahkan negara Afrika tengah itu kepada negara Belgia, sampai negara itu merdeka pada 1960.
Selanjutnya, para demonstran merobohkan satu-satunya patung Jenderal Konfederasi di Washington DC, AS dan kemudian membakarnya. Aksi demonstran ini disebut sebagai 'aib' oleh Presiden Donald Trump.
Seperti dilansir AFP, Sabtu (20/6/2020), tayangan televisi setempat, ABC7 News, menunjukkan patung Albert Pike, Jenderal Militer Negara Konfederasi, ditarik dengan tali hingga roboh pada Jumat (19/6) tengah malam waktu setempat. Puluhan demonstran lalu meneriakkan 'Black Lives Matter' dan membakar patung itu.
Trump mengomentari insiden itu via akun Twitternya. Dia juga men-tag akun Wali Kota Washington DC, Muriel Bowser.
"Polisi DC tidak melakukan pekerjaan mereka ketika mereka menonton sebuah patung dirusak dan dibakar. Orang-orang ini harus segera ditangkap. Aib bagi negara kita," cuit Trump via Twitter-nya.
Wali Kota Bowser dari Partai Demokrat dan Trump terlibat adu argumen soal penggunaan kekuatan aparat di wilayah Washington DC, dengan Trump sebelumnya memanggil Garda Nasional untuk menghadapi demonstran yang memprotes kematian pria kulit hitam bernama George Floyd.
Unjuk rasa dan aksi march digelar di berbagai wilayah AS pada Jumat (19/6) waktu setempat, untuk menuntut keadilan rasial pada hari liburan Juneteenth, yang memperingati berakhirnya perbudakan di AS. Para demonstran awalnya berkumpul di luar Lincoln Memorial dan di dekat Gedung Putih di Washington DC.