Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi, menyatakan negaranya merasa 'terluka dan marah' atas bentrokan berdarah dengan China yang menewaskan 20 tentara India. PM Modi memperingatkan bahwa tentara India kini diberi kebebasan untuk merespons setiap kekerasan baru yang terjadi.
India dan China saling menyalahkan terkait bentrokan berdarah yang terjadi di Lembah Galwan, Ladakh yang masuk perbatasan Himalaya yang menjadi sengketa kedua negara. Bentrokan antara tentara India dan China itu melibatkan pelemparan batu dan senjata tak biasa berupa tongkat pemukul yang dipasangi paku.
Sedikitnya 20 tentara India tewas dalam bentrokan itu, sedangkan korban jiwa dari militer China belum diketahui pasti jumlahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dilansir AFP, Sabtu (20/6/2020), PM Modi menggelar rapat langka dengan para pemimpin partai oposisi untuk membahas krisis ini. Rapat digelar setelah China membebaskan 10 tentara India, termasuk dua yang berpangkat Mayor.
Seruan boikot produk China menggema di India. Tentara-tentara yang tewas dimakamkan dalam seremoni yang menarik perhatian besar dari publik setempat.
"Seluruh negara terluka dan marah pada langkah-langkah yang diambil China," ucap PM Modi dalam pernyataannya.
PM Modi membantah bahwa tentara China sempat masuk 'ke dalam wilayah kita' dan bersikeras bahwa 'penegakan kedaulatan adalah yang terpenting' bagi pemerintahannya. Oleh karena itu, sebut PM Modi, militer India kini diberi kebebasan untuk merespons setiap kekerasan yang terjadi di perbatasan.
"Angkatan bersenjata telah diberi kebebasan untuk mengambil seluruh langkah yang diperlukan," tegasnya.
India dan China sama-sama mengerahkan tentara tambahan ke perbatasan sejak bentrokan terjadi pada awal pekan ini. Bentrokan di Lembah Galwan itu tercatat sebagai insiden paling serius yang terjadi antara kedua negara dalam lebih dari empat dekade terakhir. Kedua negara bertetangga ini bertempur dalam perang perbatasan tahun 1962 dan tidak menyepakati garis perbatasan sejak saat itu.
(nvc/jbr)