Mantan gubernur di Rusia yang menuntut Presiden Vladimir Putin atas pemecatannya, telah meninggal karena komplikasi terkait virus Corona.
Putin memecat Mikhail Ignatyev dari jabatannya sebagai gubernur di wilayah Chuvashia tengah pada Januari lalu, dengan alasan bahwa dia kehilangan kepercayaan kepada Ignatyev setelah serangkaian kontroversi.
Pria 58 tahun itu dipecat setelah satu dekade menjabat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada bulan Mei lalu, dia mengajukan gugatan ke Mahkamah Agung Rusia untuk melawan pemecatan oleh Putin tersebut, suatu langkah yang sangat tidak biasa dalam sistem politik negara itu yang dikontrol ketat.
Pada akhir Mei lalu, dia dilaporkan dirawat di rumah sakit di kota Saint Petersburg karena menderita pneumonia setelah terinfeksi virus Corona.
Pihak berwenang setempat menyatakan bahwa dia meninggal pada hari Kamis (18/6) waktu setempat di Saint Petersburg. Disebutkan bahwa komisi pemerintah telah dibentuk untuk mengatur pemakaman Ignatyev.
"Ini adalah peristiwa yang menyedihkan," kata Plt Gubernur Oleg Nikolayev seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (19/6/2020).
Masa jabatan Ignatyev diwarnai sejumlah kontroversi.
Tonton video 'Ratusan Juta Vaksin Virus Corona Diprediksi Siap Akhir 2020':
Ignatyev pernah terekam kamera saat menggantung kunci di atas kepala seorang petugas berseragam di Kementerian Darurat, sehingga dia harus melompat untuk mengambilnya, saat seremoni publik.
Setelah rekaman video itu muncul di media sosial pada bulan Januari, kantor Ignatyev mencoba mengecilkan insiden itu, dengan mengatakan bahwa kedua orang itu adalah teman baik.
Dikenal kerap melakukan kesalahan, Ignatyev pernah menyebut Perdana Menteri Rusia saat itu, Dmitry Medvedev dengan nama yang salah selama pertemuan yang disiarkan televisi. Dia menyebut Medvedev dengan Vasily.
Dia juga pernah menyebabkan skandal dengan merekomendasikan pembunuhan para jurnalis yang memuji kehidupan di Eropa barat. Dalam sebuah pidatonya, dia mengatakan bahwa jurnalis semacam itu "perlu dihancurkan, seperti yang dikatakan orang-orang biasa."
Dia kemudian meminta maaf dan menyebut kata-katanya telah disalahartikan.