Kecewa Cara Trump Tangani Demo Rasisme, Pejabat Tinggi Deplu AS Mundur

Kecewa Cara Trump Tangani Demo Rasisme, Pejabat Tinggi Deplu AS Mundur

Novi Christiastuti - detikNews
Jumat, 19 Jun 2020 12:47 WIB
LONDON, ENGLAND - JUNE 09: Protesters with personal protective equipment (PPE) are gathering in Parliament Square to commemorate the life of George Floyd at 5pm, the time when his body will be laid to rest in Houston, Texas, where he grew up, on June 09, 2020 in London, United Kingdom. The death of an African-American man, George Floyd, while in the custody of Minneapolis police has sparked protests across the United States, as well as demonstrations of solidarity in many countries around the world. (Photo by Dan Kitwood/Getty Images)
Foto: David Ramos/Getty Images
Washington DC -

Seorang pejabat kulit hitam pada Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat (AS) mengundurkan diri karena kecewa dengan cara Presiden Donald Trump menangani ketegangan ras beberapa waktu lalu. Pejabat tinggi Deplu AS ini merupakan salah satu pejabat keturunan Afrika-Amerika dengan jabatan tertinggi dalam pemerintahan Trump.

Seperti dilansir AFP, Jumat (19/6/2020), Mary Elizabeth Taylor dengan suara bulat dikonfirmasi menjabat Asisten Menteri Luar Negeri (Menlu) untuk Urusan Legislatif tahun 2018, setelah sebelumnya bekerja untuk Ketua Mayoritas Senat AS Mitch McConnell dari Partai Republik dan bekerja di Gedung Putih.

Taylor (30) menjadi wanita kulit hitam pertama dan sosok termuda yang memegang jabatan tersebut. Sebagai Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Legislatif, Taylor bertugas menjadi penghubung bagi Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dengan para anggota parlemen AS di Capitol Hill.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keputusan Taylor untuk mundur dari jabatannya yang strategis itu diungkap oleh media terkemuka AS, The Washington Post, pada Kamis (18/6) waktu setempat. Dalam surat pengunduran dirinya yang didapatkan The Washington Post, Taylor menyebut bahwa cara Trump menangani unjuk rasa memprotes rasialisme sistemik dan kebrutalan polisi 'sangat bertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan yang dipegangnya'.

"Momen pergolakan dapat mengubah Anda, menggeser arah hidup Anda dan membentuk karakter Anda," tulis Taylor dalam surat pengunduran dirinya.

ADVERTISEMENT

"Saya harus mengikuti hari nurani saya dan mengundurkan diri sebagai Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Legislatif," tegasnya.

Tonton video 'PM Kanada Akui Ada Rasisme Sistemik di Negaranya':

Sejak pembunuhan pria kulit hitam bernama George Floyd oleh polisi Minneapolis bulan lalu, Trump mengancam akan mengerahkan militer untuk menghadapi demonstran. Trump juga sempat menggelar sesi foto di depan gereja dekat Gedung Putih setelah polisi membubarkan demonstran dari area sekitarnya dengan bom asap dan peluru merica.

Awal bulan ini, Taylor mengirimkan pesan kepada 60 pegawai Departemen Luar Negeri AS lainnya, yang mengindikasikan solidaritas untuk orang-orang yang menderita atas kematian Floyd.

"Pembunuhan George Floyd yang mengerikan dan kematian warga kulit hitam Amerika lainnya beberapa waktu terakhir telah mengguncang negara kita. Setiap kali kita menyaksikan peristiwa keji dan kejam, kita diingatkan bahwa luka negara kita sangat dalam dan tidak terobati," tulis Taylor dalam pesannya.

Keputusan Taylor ini menjadikannya sebagai pejabat tinggi pemerintahan pertama yang secara terbuka meninggalkan jabatan sebagai tanggapan atas tindakan Trump dalam menangani gejolak ras secara nasional.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads