Hongaria akan menutup kamp 'Zona Transit', tempat di mana pencari suaka dan migran ditahan. Kebijakan itu diambil menyusul putusan pengadilan tinggi Uni Eropa terhadap penahanan para imigran yang dinilai tidak manusiawi.
Dilansir AFP, Kamis (21/5/2020) Pengadilan Eropa (ECJ) pada awal bulan ini telah memutuskan perselisihan terkait kamp pengungsian itu. Di mana terjadi perselisihan antara otoritas Uni Eropa dengan Perdana Menteri Viktor Orban karena telah melakukan tindakan keras terhadap para imigran.
Ratusan orang ditahan dalam kontainer pengiriman di belakang pagar kawat duri di dua kamp di sepanjang perbatasan Serbia. Kelompok hak asasi manusia turut mengecam tindakan yang tidak manusiawi itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menteri Senior pemerintah Gergely Gulyas mengatakan akan mengikuti putusan itu. "Wajib mematuhi putusan (ECJ). Tidak dapat melakukan apa pun selain menutup zona transit," katanya.
Gulyas mengatakan sebanyak 280 orang akan dibawa dari kamp ke pusat penerimaan suaka. Namun dia tidak merinci berapa lama mereka akan tinggal di sana dan apa yang akan terjadi pada para pengungsi itu.
"Permohonan suaka hanya bisa diajukan ke kedutaan di luar negeri," tutur Gulyas.
Berdasarkan amandemen yang disahkan pada 2018, Hongaria secara otomatis menolak permohonan suaka dari mereka yang telah melewati Serbia.
Komite Helsinki Hongaria (HHC), sebuah organisasi hak asasi manusia, mengatakan sekitar 300 orang telah dipindahkan dari kamp zona transit itu.
"Berita bagus, semalam pihak berwenang membebaskan semua orang--sekitar 300 orang, banyak keluarga dan anak kecil-- yang ditahan secara tidak sah di zona transit dan memindahkan mereka ke fasilitas terbuka atau semi terbuka," tulis HHC dalam akun Twitternya.