Otoritas China menawarkan uang tunai kepada para peternak setempat untuk berhenti beternak hewan-hewan liar dan eksotis. Langkah ini diambil saat tekanan semakin meningkat agar otoritas China menindak tegas perdagangan ilegal satwa liar, yang diyakini sebagai penyebab utama pandemi virus Corona (COVID-19).
Seperti dilansir AFP, Selasa (19/5/2020), para aktivis penyayang binatang menuturkan bahwa otoritas China untuk pertama kali menjanjikan untuk membeli ternak dari para peternak satwa eksotik dalam upaya memerangi praktik tersebut.
Beberapa bulan ini, otoritas China melarang penjualan satwa liar untuk makanan, dengan menyebut soal risiko penyakit yang bisa menular ke manusia. Namun tetap saja, perdagangan semacam itu tergolong legal untuk tujuan lain, seperti penelitian dan obat tradisional.
Virus Corona -- yang pertama kali muncul di Wuhan -- secara luas diyakini ditularkan oleh kelelawar ke manusia, sebelum akhirnya menyebar luas secara global. Dua provinsi di China, Hunan dan Jiangxi, telah mengumumkan detail soal program pembelian (buyout) untuk membantu para peternak melakukan transisi ke mata pencaharian alternatif.
Pada Jumat (15/5) waktu setempat, otoritas Provinsi Hunan menetapkan skema kompensasi untuk membujuk para peternak agar mengembangbiakkan hewan lainnya atau beralih memproduksi teh atau obat herbal.
Otoritas setempat menawarkan uang tunai 120 Yuan (Rp 250 ribu) untuk setiap 1 kilogram ular kobra, ular derik atau ular tikus (ular pemangsa tikus). Sedangkan setiap 1 kilogram tikus bambu akan dibeli seharga 75 Yuan (Rp 156 ribu) oleh otoritas setempat.