China Tawarkan Uang Tunai untuk Bujuk Peternak Berhenti Ternak Satwa Liar

China Tawarkan Uang Tunai untuk Bujuk Peternak Berhenti Ternak Satwa Liar

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 19 Mei 2020 16:43 WIB
China telah membuka lockdown karena tidak ada kasus virus corona yang baru di negaranya. 
Sejumlah pasar di Wuhan pun kembali beroperasi.
Ilustrasi (AP/Olivia Zhang)
Beijing -

Otoritas China menawarkan uang tunai kepada para peternak setempat untuk berhenti beternak hewan-hewan liar dan eksotis. Langkah ini diambil saat tekanan semakin meningkat agar otoritas China menindak tegas perdagangan ilegal satwa liar, yang diyakini sebagai penyebab utama pandemi virus Corona (COVID-19).

Seperti dilansir AFP, Selasa (19/5/2020), para aktivis penyayang binatang menuturkan bahwa otoritas China untuk pertama kali menjanjikan untuk membeli ternak dari para peternak satwa eksotik dalam upaya memerangi praktik tersebut.

Beberapa bulan ini, otoritas China melarang penjualan satwa liar untuk makanan, dengan menyebut soal risiko penyakit yang bisa menular ke manusia. Namun tetap saja, perdagangan semacam itu tergolong legal untuk tujuan lain, seperti penelitian dan obat tradisional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Virus Corona -- yang pertama kali muncul di Wuhan -- secara luas diyakini ditularkan oleh kelelawar ke manusia, sebelum akhirnya menyebar luas secara global. Dua provinsi di China, Hunan dan Jiangxi, telah mengumumkan detail soal program pembelian (buyout) untuk membantu para peternak melakukan transisi ke mata pencaharian alternatif.

Pada Jumat (15/5) waktu setempat, otoritas Provinsi Hunan menetapkan skema kompensasi untuk membujuk para peternak agar mengembangbiakkan hewan lainnya atau beralih memproduksi teh atau obat herbal.

ADVERTISEMENT

Otoritas setempat menawarkan uang tunai 120 Yuan (Rp 250 ribu) untuk setiap 1 kilogram ular kobra, ular derik atau ular tikus (ular pemangsa tikus). Sedangkan setiap 1 kilogram tikus bambu akan dibeli seharga 75 Yuan (Rp 156 ribu) oleh otoritas setempat.

Sementara satu ekor civet cat, sejenis musang, dihargai 600 Yuan (Rp 1,2 juta). Hewan ini diyakini sebagai pembawa penyakit sindrom pernapasan akut parah (SARS) yang menular ke manusia dan memicu wabah sekitar dua dekade lalu.

Otoritas Provinsi Jiangxi juga merilis dokumen soal rencana membantu peternak untuk melepaskan ternak hewan eksotis dan untuk memberikan bantuan keuangan.

Pekan lalu, surat kabar lokal, Jiangxi Daily, melaporkan bahwa otoritas setempat telah memegang daftar 2.300 peternak bersertifikat, yang sebagian besar menjual satwa liar untuk makanan. Hewan-hewan ternak mereka disebut bernilai total 1,6 miliar Yuan (Rp 3,3 triliun).

Baik Provinsi Hunan maupun Jiangxi sama-sama berbatasan dengan Provinsi Hubei yang menjadi lokasi Wuhan, titik nol pandemi Corona di China.

Kelompok aktivis penyayang binatang, Humane Society International (HSI) menyebut Provinsi Hunan dan Jiangxi sebagai 'provinsi peternak satwa liar terbesar'. HSI menyebut Jiangxi secara khusus mengalami perkembangan pesat untuk perdagangan satwa liar dalam satu dekade terakhir. Pendapatan dari sektor peternakan satwa liar tahun 2018 lalu disebut mencapai 10 miliar Yuan (Rp 20,8 triliun).

Pakar kebijakan China pada HSI, Peter Li, menuturkan kepada AFP bahwa rencana serupa harus diperluas ke seluruh wilayah China.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads