Lockdown Global Corona Bisa Memicu Lonjakan Kematian karena TBC

Lockdown Global Corona Bisa Memicu Lonjakan Kematian karena TBC

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Rabu, 06 Mei 2020 10:04 WIB
Under a high magnification of 15549x, this scanning electron micrograph, SEM, depicted some of the ultra structural details seen in the cell wall configuration of a number of Gram-positive Mycobacterium tuberculosis bacteria. As an obligate aerobic organi
Foto: Bakteri penyebab TBC (Media for Medical/Getty Images)
Jakarta -

Sebuah studi mengungkap bahwa penerapan lockdown global terkait virus Corona (COVID-19) bisa memicu lonjakan jumlah kematian karena penyakit tuberkulosis (TBC) di dunia. Lockdown diperkirakan bisa menyebabkan 1,4 juta kematian akibat TBC pada tahun 2025.

Seperti dilansir dari AFP, Rabu (6/5/2020), TBC yang merupakan infeksi bakteri yang biasanya menyerang paru-paru pasien, sebagian besar dapat diobati, tetapi masih menginfeksi sekitar 10 juta orang setiap tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2018, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut penyakit ini menewaskan sekitar 1,5 juta orang termasuk lebih dari 200.000 anak-anak.

ADVERTISEMENT

Sebuah model yang dikembangkan dalam kerja sama dengan ahli epidemiologi di Imperial College London menggunakan data tanggapan TBC dari tiga negara dengan insiden TBC tinggi: India, Kenya dan Ukraina.

Mereka menunjukkan bahwa lockdown global dua bulan dan pemulihan yang cepat dalam program tanggapan dapat menyebabkan lebih dari 1,8 infeksi TBC tambahan secara global selama lima tahun ke depan, dan diperkirakan 340.000 kematian.

Namun jika negara gagal untuk segera menerapkan kembali pengujian dan pengobatan pasien, model menunjukkan hal-hal yang akan menjadi jauh lebih buruk.

Sebagai contoh, lockdown tiga bulan yang diikuti oleh periode "pemulihan" 10 bulan dapat menyebabkan enam juta infeksi tambahan dan 1,4 juta kematian TBC pada tahun 2025.

Video Warga India Antre Beli Miras Usai Lockdown Diperlonggar:

"TB sebenarnya dapat disembuhkan dengan obat yang terjangkau. Jadi banyak upaya pengendalian dalam beberapa dekade terakhir benar-benar telah difokuskan dalam mendiagnosis kasus secepat mungkin," kata Nimalan Arinaminpathy, associate professor di bidang epidemiologi matematika di Imperial.

Dia menjelaskan bahwa perlu waktu beberapa tahun agar tingkat kasus TBC ini turun ke level seperti sebelum lockdown.

"Lockdown dan langkah-langkah lain terhadap Corona mempengaruhi sistem ini untuk menangani TBC. Faktanya (dalam model) perlu beberapa tahun agar beban TBC yang meningkat ini turun ke tingkat pra-lockdown," ungkapnya.

Penelitian ini tidak melihat komorbiditas (riwayat penyakit penyerta) antara TB, infeksi paru-paru akut dengan COVID-19, infeksi virus yang sering menyebabkan masalah paru-paru.

Cheri Vincent, kepala divisi TBC di USAID, mengatakan beberapa penelitian mencari cara bagaimana TBC menempatkan seseorang pada risiko lebih tinggi sakit COVID-19.

"Ketika informasi itu tersedia, kita mungkin melihat situasi yang jauh lebih mengerikan," katanya.

Kendati pengobatan yang efektif ada, tanggapan dunia atas TBC dipusatkan pada pengujian dan perawatan pasien sebanyak mungkin.

Namun, ketika COVID-19 memaksa pemerintah untuk menempatkan masyarakat dalam lockdown, menunjukkan bahwa aturan jarak sosial dapat menyebabkan peningkatan yang mematikan pada infeksi TB - dampaknya akan bertahan selama bertahun-tahun.

Hal ini karena jarak sosial akan membuat mustahil bagi petugas kesehatan untuk menguji orang yang rentan. Sedangkan bagi pasien, sukar untuk mengakses perawatan.

"Meskipun memiliki obat-obatan dan perawatan... kita belum bisa untuk segera mengakhirinya dan TBC tetap menjadi pembunuh penyakit menular terbesar," kata Lucica Ditiu, Direktur Eksekutif dari Stop TBC Partnership.

Halaman 2 dari 2
(rdp/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads