Washington DC -
Persoalan titik nol virus Corona (COVID-19) masih menjadi bahan perdebatan. Amerika Serikat (AS) menuding virus mematikan itu berasal dari laboratorium di Wuhan, China. Sementara, komunitas intelijen menepisnya.
Tudingan virus Corona berasal dari Institut Virologi Wuhan itu pertama kali disampaikan Presiden AS Donald Trump. Trump mengklaim memiliki bukti bahwa virus itu berasal dari laboratorium dukungan China.
Namun, kala itu, Trump enggan menjelaskan secara detail bukti yang dimilikinya. Dia juga enggan menunjukkan bukti tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak bisa memberitahu anda soal itu. Saya tidak diizinkan untuk memberitahu anda," ujarnya.
Belakangan, klaim Trump itu didukung dengan pernyataan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. Pompeo menyatakan AS memiliki bukti besar atas pernyataan Trump itu. Namun, sama seperti Trump, Pompeo juga tak menyajikan fakta apapun terkait klaimnya itu.
"Para ahli terbaik sejauh ini tampaknya berpikir virus itu buatan manusia. Saya tidak punya alasan untuk tidak percaya hal itu saat ini," ujar Pompeo, sebagaimana dilansir dari laman Reuters.
Namun, klaim Trump itu ditepis oleh komunitas intelijen. Komunitas Intelijen AS mengatakan COVID-19 bukan buatan manusia atau dimodifikasi secara genetis.
Pada Kamis (30/4), lembaga itu menolak teori konspirasi yang paling ekstrem tentang asal-usul pandemi ini --bahwa orang China mengembangkan dan melepas-- virus corona sebagai senjata biologis.
Komunitas Intelijen AS memang diminta menyelidiki mengenai asal-usul virus Corona. Mereka tengah mencari tahu apakah wabah itu dimulai dari kontak dengan binatang atau kecelakaan laboratorium.
"(Komunitas intelijen) akan terus memeriksa dengan teliti informasi yang muncul untuk menentukan apakah wabah itu dimulai melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi atau hasil dari kecelakaan di laboratorium di Wuhan," kata Kantor Direktur Intelijen Nasional, yang membawahi sejumlah dinas mata-mata AS itu.
Pernyataan Komunitas Intelijen itu pun diperkuat oleh informasi intelijen yang dibagikan di kalangan negara-negara sekutu AS. Informasi itu mengindikasikan bahwa 'sangat tidak mungkin' menyebarnya virus Corona merupakan insiden di laboratorium Wuhan, China. Informasi intelijen itu justru mengindikasikan virus Corona berasal dari sebuah pasar di China.
Seperti dilansir CNN, Selasa (5/5/2020), informasi tersebut disampaikan dua pejabat negara Barat yang mengutip penilaian intelijen yang dibagikan di kalangan negara--negara anggota Five Eyes -- aliansi intelijen yang terdiri atas Australia, Kanada, Selandia Baru, Inggris dan AS.
"Kami berpikir bahwa sangat tidak mungkin itu merupakan sebuah insiden. Sangat mungkin itu muncul secara alami dan bahwa penularan terhadap manusia berasal dari interaksi alami antara manusia dan hewan," sebut seorang pejabat diplomatik negara Barat yang memahami informasi intelijen itu.
Menurut pejabat tersebut, negara-negara anggota Five Eyes yang saling berbagi informasi intelijen telah sepakat dengan penilaian tersebut. Namun demikian, sumber ketiga yang juga berasal dari salah satu negara anggota Five Eyes, menuturkan kepada CNN bahwa masih ada kemungkinan bahwa virus Corona berasal dari sebuah laboratorium.
Namun dia memperingatkan bahwa belum ada teori yang sah mengenai itu. Ditambahkan sumber ini bahwa 'jelas pasar menjadi tempat ledakannya', tapi bagaimana virus itu bisa sampai ke pasar, masih belum jelas.
Tanpa kerja sama dan transparansi lebih besar dari China, sebut sumber lainnya, sangat tidak mungkin untuk mengetahui asal virus Corona secara pasti. China sendiri telah membantah tudingan Trump dan Pompeo.
Sumber ketiga juga menambahkan bahwa ada kemungkinan juga AS tidak membagi seluruh informasi intelijen yang dimilikinya. Level keyakinan dalam klaim Trump dan Pompeo soal virus Corona berasal dari laboratorium disebut patut menjadi perhatian.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini