Seorang pakar vaksin di Amerika Serikat (AS) menyebut dirinya dimutasi setelah menentang perawatan pasien virus Corona (COVID-19) dengan chloroquine yang dipromosikan oleh Presiden Donald Trump. Pakar vaksin ini bekerja pada badan penelitian yang bertanggung jawab mengembangkan vaksin untuk virus Corona.
Seperti dilansir AFP, Kamis (23/4/2020), Dr Rick Bright menyebut dirinya dicopot dari jabatannya sebagai Direktur Otoritas Penelitian Lanjutan dan Pengembangan Biomedis (BARDA) pada Selasa (21/4) waktu setempat. BARDA merupakan badan pemerintah untuk pengembangan dan pengadaan pengobatan dan vaksin.
Bright menyebut dirinya dimutasi ke posisi lebih rendah di Institut Kesehatan Nasional (NIH).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya meyakini pemindahan ini merespons desakan saya bahwa pemerintah menginvestasikan miliaran dolar yang dialokasikan oleh Kongres untuk mengatasi pandemi COVID-19 dalam solusi yang aman dan diselidiki secara ilmiah, dan bukan dalam obat-obatan, vaksin dan teknologi lainnya yang kurang pengakuan ilmiah," sebut Bright dalam pernyataannya kepada media massa.
Disebutkan Bright, pemindahan dirinya merupakan respons langsung atas penolakannya terhadap 'arahan menyesatkan' untuk mendukung penggunaan obat malaria, chloroquine dan hydroxychloroquine bagi pasien virus Corona. Perawatan dengan obat-obatan itu, sebut Bright, telah 'dipromosikan oleh pemerintahan sebagai obat mujarab namun 'tentunya kurang mendapatkan pengakuan ilmiah'.
"Sementara saya bersiap melihat pada seluruh opsi yang tersedia dan untuk berpikir 'di luar kotak' untuk perawatan yang efektif, saya dengan benar menolak upaya-upaya untuk menyediakan obat yang belum terbukti pada publik Amerika," tegasnya.
Sejak pertengahan Maret, Trump yang didukung saluran televisi konservatif Fox News mempromosikan penggunaan chloroquine untuk merawat pasien virus Corona, dengan sedikit bukti dari penelitian soal keamanan atau efektivitasnya. Meskipun penasihatnya menyarankan agar lebih banyak kajian harus dilakukan, Trump berulang kali mendorong penggunaan obat itu dengan mengklaim perawatan bisa menjadi 'hadiah dari Tuhan' dalam melawan virus Corona.