Para petani di Italia terancam gagal panen akibat wabah Corona. Selain itu, mereka juga sedang mengalami musim semi paling kering yang juga berdampak pada hasil pertanian.
Seperti dilansir AFP, Senin (20/4/2020) para petani Italia dibuat lumpuh oleh kebijakan lockdown enam minggu untuk menghentikan penularan wabah Corona. Mereka juga mengalami kekeringan yang disebabkan oleh musim semi paling kering dalam 50 tahun terakhir.
Selain itu, kondisi ini ditambah dengan penutupan restoran dan kurangnya tenaga kerja musiman. Serikat pekerja pertanian terbesar di Italia, Coldiretti mencatat ada hampir empat dari 10 bisnis di sektor buah dan sayur yang sedang berjuang menghadapi situasi ini. Artinya, tidak ada cukup tangan untuk memanen seledri dan tanaman lobak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi inilah yang salah satunya dialami oleh Floriana Fanizza. Dia hanya bisa memandangi tanaman seledri miliknya yang tidak bisa dipanen akibat Corona.
"Untuk menabur (benih) dengan benar, kami membutuhkan tujuh atau delapan orang," kata Fanizza, pria berusia 41 tahun.
"Kami berharap kami dapat menemukannya (pekerja), jika tidak kami harus mengurangi produksi," lanjutnya.
Di pertanian keluarga Fanizza di Fasano, sebuah kota dekat pantai Puglia di Italia selatan, beberapa pemetik seledri takut akan resiko kesehatan mereka. Mereka lebih memilih tinggal di rumah sesuai kebijakan lockdown yang diberlakukan oleh pemerintah Italia pada awal Maret lalu.
Biasanya ada sekitar 350.000 orang asing yang dipekerjakan secara musiman di sektor pertanian Italia. Namun akibat virus Corona, Kementerian Pertanian Italia mencatat ada kekurangan antara 250.000 dan 270.000 pekerja musiman.
Namun, virus Corona bukan satu-satunya masalah yang dialami petani. Italia juga mengalami musim semi terkering dalam 60 tahun terakhir.
Menurut para pakar cuaca, musim semi ini membuat kondisi curah hujan kurang dan menciptakan kekurangan air ukuran Danau Como - danau terbesar ketiga di Italia.
"Sudah lama tidak turun hujan dan tanahnya gersang, terutama untuk gandum," kata petani Fanizza.
"Situasinya kritis, padahal kami perlu mengairi ladang kami," ujarnya.
Untuk diketahui, pemerintah telah menyiapkan dana 100 juta euro untuk mendukung bisnis pertanian.
Pemerintah Italia juga telah membayar lebih dari 50 juta euro untuk membeli makanan dan mendistribusikannya ke wilayah Italia yang paling miskin, sebuah pendekatan tiga cabang yang bertujuan membantu orang-orang yang kelaparan, mengurangi sampah, dan mencegah penurunan harga.
Sektor pertanian Italia adalah yang terbesar ketiga di Eropa, yakni dengan nilai keseluruhan - bernilai 56,6 miliar euro ($ 61,5 miliar) pada 2019 - setelah Prancis (75,4 miliar euro) dan Jerman (57 miliar euro).
Sementara itu, Menteri Pertanian Teresa Bellanova juga menyerukan regularisasi massal untuk migran tanpa dokumen di Italia agar bisa membuat ekonomi bergeliat kembali.