Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa banyak negara mungkin akan mengikuti China yang merevisi jumlah kematian terkait virus Corona, setelah mereka berhasil mengendalikan krisis ini.
Hal ini disampaikan WHO setelah Kota Wuhan di China yang menjadi pusat wabah COVID-19, mengakui adanya kesalahan dalam penghitungan jumlah kematian dan mendadak menambah korban jiwa 50 persen lebih tinggi dari angka yang selama ini dilaporkan. Langkah otoritas Wuhan ini dilakukan seiring meningkatnya keraguan dunia mengenai transparansi China atas wabah Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
WHO menyatakan bahwa Wuhan telah kewalahan dengan virus Corona yang muncul di kota itu pada Desember 2019. Pihak berwenang setempat terlalu kewalahan untuk memastikan setiap kematian dan kasus infeksi dicatat dengan benar.
"Ini adalah sesuatu yang merupakan tantangan dalam wabah yang sedang berlangsung: mengidentifikasi semua kasus Anda dan semua kematian Anda," kata Maria van Kerkhove, koordinator teknis COVID-19 WHO pada konferensi pers virtual di Jenewa, Swiss, seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (18/4/2020).
Mau Cabut Lockdown? Penuhi 6 Syarat dari WHO:
"Saya akan mengantisipasi bahwa banyak negara akan berada dalam situasi yang sama di mana mereka harus kembali meninjau catatan dan meneliti untuk melihat: apakah kita telah mencatat mereka semua?" ujarnya.
Wuhan telah menambahkan 1.290 kematian dalam data resminya, sehingga kini total kematian karena virus Corona mencapai 3.869 kematian. Wuhan juga menambahkan 325 kasus sehingga kini jumlah kasus infeksi Corona mencapai 50.333 kasus.
Van Kerkhove mengatakan bahwa karena sistem kesehatan Wuhan kewalahan, sejumlah pasien meninggal di rumah, yang lainnya meninggal di fasilitas-fasilitas darurat, dan paramedis yang ketika itu fokus untuk merawat pasien yang membludak, tidak langsung melakukan pencatatan.
"Semua negara akan menghadapi ini," kata Michael Ryan, direktur darurat WHO.