Kekurangan Tempat untuk Pasien Corona, RS di India 'Usir' Pasien Non-Corona

Kekurangan Tempat untuk Pasien Corona, RS di India 'Usir' Pasien Non-Corona

Marlinda Oktavia Erwanti - detikNews
Minggu, 12 Apr 2020 17:08 WIB
Virus corona: Lockdown di India berubah menjadi tragedi kemanusiaan
Warga India saat lockdown (Foto: BBC World)
Mumbai -

Pandemi virus Corona (COVID-19) membuat rumah sakit di India kekurangan tempat tidur. Akibatnya banyak pasien non-COVID-19 yang 'diusir' dari rumah sakit.

Salah satunya pasien penyakit liver bernama Shahjahan (40). Dilansir dari AFP, Minggu (12/4/2020), RS New Delhi memintanya untuk pergi karena tempat tidurnya dibutuhkan unit virus Corona.

Shahjahan yang telah menggunakan ventilator karena infeksi akut selama hampir dua minggu pun kemudian meninggalkan rumah sakit pada Selasa (7/4). Keesokan paginya, perempuan itu pun meninggal lantaran tak ada rumah sakit yang mau menampungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pihak berwenang membiarkannya mati. Bahkan ketika mereka merujuk kami ke rumah sakit lain, mereka menolak memberi kami ambulans," kata Mohammad Khalid, seorang kerabat Shahjahan.

Lonjakan pasien COVID-19 di India, memang telah menyebabkan lusinan orang dengan kondisi medis yang serius berkemah di luar lembaga medis nasional India. Banyak dari mereka datang dari luar kota dan tak dapat kembali lantaran lockdown diberlakukan.

ADVERTISEMENT

Bahkan Departemen rawat jalan di All India Institute of Medical Sciences (AIIMS) ditutup. Penutupan itu pun memaksa pasien kanker dan lainnya dengan penyakit mematikan untuk berlindung di stasiun kereta bawah tanah yang kotor dan di bawah kanvas.

Salah satunya, Saryu Das. Das terpaksa menginap bersama anaknya yang menderita kanker mulut di stasiun kereta bawah tanah dan belum makan selama 12 jam.

Putranya, yang menderita kanker mulut, berbaring di kasur tipis dengan wajahnya ditutupi syal. Lalat melayang di sekitarnya. Empat hari kemudian, dia meninggal.

Sampah berserakan di lantai stasiun bawah tanah yang sekarang menjadi rumah bagi lebih dari 10 keluarga yang tidak dapat kembali ke kota asal mereka, dengan kasur yang begitu dekat sehingga jarak sosial tidak memungkinkan.

AIIMS tidak segera menanggapi atas kematian dan pasien di luar tersebut. Tetapi rumah sakit di seluruh negara yang luasnya 1,3 miliar orang telah disiagakan untuk COVID-19 dan jumlah kematian akibat virus saat ini di atas 280.

Amulya Nidhi, seorang aktivis kesehatan yang berbasis di negara bagian Madhya Pradesh, mengatakan kepada AFP pemerintah tahu bahwa pasien yang rentan - termasuk mereka yang memiliki silikosis dan tuberkulosis, yang membunuh puluhan ribu setiap tahun di India, serta wanita hamil - berisiko.

"Saya mendapat telepon darurat dari seluruh India karena akses ke obat-obatan dasar dan perawatan," kata Nidhi.

"Sangat penting untuk memperluas fasilitas kesehatan untuk memerangi COVID-19. Pada saat yang sama, rumah sakit dan ambulans harus tersedia untuk pasien dengan masalah lain," imbuhnya.

Vinay Shetty, dari Think Foundation yang berbasis di Mumbai yang bekerja dengan orang-orang dengan thalassemia penyakit darah dan mengatur kamp donor darah, mengatakan mereka yang membutuhkan transfusi adalah yang paling rentan.

"Mereka yang membutuhkan obat-obatan mungkin tidak memiliki masalah, tetapi siapa pun yang membutuhkan donor darah," kata Shetty, menambahkan pemerintah harus mendorong donor darah.

Pakar kesehatan masyarakat Anant Bhan mengatakan fokus India pada COVID-19 dapat menyebabkan penyakit lain seperti penyebaran tuberkulosis.

"Anggota keluarga yang dikurung dengan pasien TBC berisiko. Setelah kuncian itu dihapus dan orang-orang memulai interaksi sosial, itu dapat menyebarkan infeksi dengan cara yang sama dengan pasien COVID-19 yang dapat menyebarkan infeksi," kata Bhan.

"Kematian karena COVID-19 dan tidak secara langsung adalah sesuatu yang perlu kita khawatirkan. Kita perlu memastikan mereka yang membutuhkan layanan esensial memilikinya," katanya.

Halaman 2 dari 3
(mae/dhn)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads