Meningkatnya jumlah kematian terkait virus corona di Guayaquil, Ekuador telah menyebabkan kota itu kehabisan peti mati. Warga setempat pun terpaksa menggunakan peti mati dari bahan kardus.
Otoritas kota pelabuhan tersebut mengatakan bahwa mereka telah menerima donasi 1.000 peti mati dari bahan kardus dari produsen lokal, dan mengantarkannya untuk digunakan di dua areal pemakaman setempat.
"Ini agar mereka bisa memenuhi permintaan," ujar juru bicara balai kota seperti dikutip kantor berita AFP, Senin (6/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada peti mati di kota atau itu sangat mahal," imbuhnya.
Pengusaha Santiago Olivares, yang memiliki sejumlah rumah duka, mengatakan bahwa perusahaannya tak bisa memenuhi permintaan peti mati yang meningkat tajam.
"Saya menjual 40 peti yang saya punya di cabang pusat kota, dan 40 lainnya dari kantor pusat saya. Saya harus memesan 10 lagi di akhir pekan dan mereka sudah kehabisan," ujar Olivares.
Peti mati termurah dijual seharga US$ 400.
Olivares mengatakan, aturan jam malam selama 15 jam di kota tersebut telah menyebabkan kekurangan bahan-bahan baku dasar untuk pembuatan peti mati, seperti kayu dan logam.
"Peti mati kardus akan sangat membantu dalam memberikan pemakaman yang layak bagi orang-orang yang meningga selama darurat kesehatan ini," kata Wali Kota Guayaquil lewat akun Twitter.
Kota ini telah kewalahan dengan banyaknya warga yang meninggal karena virus corona. Bahkan pekan lalu, banyak warga memposting video-video di media sosial yang memperlihatkan jasad-jasad tergeletak di jalan-jalan.
Pemerintah Ekuador telah mengerahkan tentara dan polisi untuk mengambil 150 jasad yang tergeletak di jalanan dan rumah-rumah warga, setelah para pekerja kamar mayat kewalahan untuk merespons permintaan warga agar mengambil jasad-jasad tersebut.
Ekuador sejauh ini telah melaporkan setidaknya 3.646 kasus positif virus corona, termasuk 180 kematian. Mayoritas kasus tercatat di kota Guayaquil dan provinsi sekitarnya, Guayas.