Perawat New York Turun ke Jalan Gegara Hadapi Corona Tanpa 'Persenjataan'

Round-Up

Perawat New York Turun ke Jalan Gegara Hadapi Corona Tanpa 'Persenjataan'

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 04 Apr 2020 09:35 WIB
Puluhan perawat yang menangani pasien virus Corona melakuna aksi demo, para perawat memprotes
kurangnya alat pelindung diri (APD).
Foto Perawat New York Demo: AP/Bebeto Matthews
Jakarta -

Puluhan perawat di New York terpaksa turun ke jalan karena kurangnya 'senjata' yang seharusnya dimiliki perawat untuk berperang menangani Corona. Senjata yang dimaksud adalah alat pelindung diri (APD).

"Tentara tidak berperang tanpa senjata, kenapa perawat harus bekerja tanpa perlengkapan pelindung?" ucap salah satu perawat yang ikut aksi, Leyrose McIntyre.

"Kami adalah pejuang garis depan... kami tidak memiliki persenjataan dan baju pelindung untuk melindungi diri kami dari musuh," sambung Presiden Asosiasi Perawat New York, Judy Sheridan-Gonzalez, kepada AFP.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puluhan perawat yang berada di bawah Asosiasi Perawat Negara Bagian New York, menggelar aksi di luar Montefiore Medical Center di Bronx, New York, pada Kamis (2/4) waktu setempat. Mereka protes berat karena kurangnya APD.

Mereka mengeluhkan kurangnya masker, pakaian pelindung dan perlengkapan pelindung lainnya, yang dinilai membahayakan nyawa mereka saat menangani para pasien virus Corona. Meski begitu, saat menggelar aksi para perawat ini tetap saling menjaga jarak dan memakai masker, serta pita hitam sebagai bentuk solidaritas untuk para pasien virus Corona.

ADVERTISEMENT

Simak juga video Pandemi Corona, Empire State Building Tampilkan Sirine Ambulans:

Keluhan Perawat Terkait Kurangnya APD

Salah satu perawat, Benny Matthew (43) menuturkan dirinya terinfeksi virus Corona setelah merawat empat pasien tanpa perlengkapan yang layak. Gejala-gejala Corona dirasakannya sempat hilang pada 25 Maret kemudian Benny diminta tetap bekerja tanpa diberikan masker.

"Saya khawatir bahwa saya akan menularkan penyakit ini kepada rekan kerja saya, kepada pasien-pasien yang sudah tidak memilikinya (terinfeksi Corona)," ungkap Matthew.

Sebagai antisipasi, Matthew harus mengisolasi dirinya dari istri anaknya di rumah sejak Februari lalu, saat kasus pertama masuk ke rumah sakit tempatnya bekerja.

Berbeda dengan Matthew, Jacqueline Anom mengaku dirinya tidak berani meninggalkan ruang perawatan -- termasuk ke toilet -- selama 12 jam shift kerjanya, karena dia khawatir mengontaminasi masker dan pakaian medisnya.

"Ini kacau. Saya telah melakukan pekerjaan ini selama 20 tahun dan ini pertama kalinya dalam hidup saya, saya merasa tidak yakin. Ini sangat membuat kesal dan saya marah, karena kita ada di Amerika, kita tidak seharusnya memperebutkan PPE," cetus Anom.

Halaman 2 dari 2
(zap/zap)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads