Pemerintah Iran mengonfirmasi sudah 12 orang meninggal dunia akibat virus corona di wilayahnya. Pemerintah menolak klaim seorang anggota parlemen dari kota Qom, yang menjadi pusat wabah ini di Iran, yang menyebut jumlah korban meninggal jauh lebih tinggi dari angka tersebut.
Seperti dilansir Associated Press, Selasa (25/2/2020), perbedaan laporan soal korban meninggal itu memicu pertanyaan soal transparansi pemerintah Iran terkait wabah virus corona di negara tersebut. Diketahui bahwa lima negara lainnya lebih awal melaporkan kasus pertama virus corona, dengan orang-orang yang terinfeksi semuanya memiliki keterkaitan dengan Iran, termasuk orang-orang yang bepergian langsung dari kota yang belum ada laporan virus corona.
Kementerian Kesehatan Iran menyebut jumlah total kasus virus corona di wilayah Iran saat ini mencapai 61 kasus, dengan 12 pasien di antaranya meninggal dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang anggota parlemen dari kota Qom yang bernama Ahmad Amirabadi Farahani, seperti dikutip kantor berita ILNA, menyebut korban meninggal akibat virus corona sebenarnya mencapai 50 orang.
Meskipun pemerintah menyebut korban meninggal 12 orang, jumlah korban jiwa di Iran masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan beberapa negara lainnya, terutama Korea Selatan (Korsel) yang menghadapi wabah yang lebih luas. Korsel sejauh ini melaporkan 893 kasus virus corona dengan 9 orang meninggal.
Ada kekhawatiran soal kasus penularan dalam kelompok atau cluster di Iran, sama seperti di Italia dan Korsel, yang menandai babak baru yang lebih serius untuk penyebaran virus corona secara global. Otoritas Irak dan Afghanistan, yang berbatasan dengan Iran, mengumumkan kasus pertama virus corona pada Senin (24/2). Kuwait, Bahrain dan Oman juga baru mengumumkan kasus pertama di wilayah mereka. Di lima negara itu, para pasien positif virus corona terkait dengan Iran.
Farahani dalam pernyataannya menyebut 50 korban meninggal di Qom sejak 13 Februari. Diketahui bahwa Iran baru secara resmi melaporkan kasus virus corona dan kematian pertama pada 19 Februari lalu. Farahani tidak memberikan bukti yang mendukung klaimnya. Namun dia menyebut lebih dari 250 orang dikarantina di Qom.
"Saya pikir kinerja pemerintah dalam mengendalikan virus ini tidak berhasil," ucap Farahani merujuk pada pemerintahan Presiden Hassan Rouhani. Komentar Farahani itu mewakili sebagian besar kritikan publik terhadap pemerintah Iran terkait cara penanganan virus yang berasal dari Wuhan di China ini.
"Tidak ada perawat yang memiliki akses pada perlengkapan pelindung yang layak. Sejauh ini saya tidak melihat adanya tindakan khusus untuk menghadapi corona oleh pemerintah," imbuhnya dalam pernyataan yang disampaikan dalam sebuah sesi di parlemen Iran.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, Iraj Harrichi, menolak klaim Farahani itu. Namun dia menyebut 900 kasus 'suspect' virus corona sedang dalam tahap pemeriksaan.
"Tidak ada yang berhak membahas kabar semacam ini," ujar Harrichi, sembari menyebut bahwa anggota parlemen tidak memiliki akses pada statistik virus corona dan mungkin ada kebingungan soal jumlah korban meninggal akibat penyakit lain, seperti flu, dengan korban virus corona.
Secara terpisah, seperti dilaporkan kantor berita Mehr, perwakilan Menteri Kesehatan di Qom, Mohammad Tavakoli, menyatakan bahwa 320 pasien 'suspect' virus corona tengah dirawat di rumah sakit. Tavakoli menyebut 21 pasien virus corona di wilayah itu telah sembuh dan dipulangkan dari rumah sakit setempat.