Seorang mahasiswa asal Iran dilarang masuk ke wilayah Amerika Serikat (AS) untuk melanjutkan kuliahnya di Boston. Hal ini memicu kecurigaan apakah insiden mahasiswa Iran ini masih berkaitan dengan ketegangan yang tengah memuncak antara AS dan Iran.
Seperti dilansir Associated Press, Kamis (23/1/2020), Shahab Dehghani yang berusia 24 tahun ini merupakan mahasiswa jurusan ekonomi pada Northeastern University di Boston, Massachusetts. Dia kembali ke AS untuk melanjutkan kuliahnya.
Namun saat Dehghani tiba di AS dengan visa mahasiswa yang sah, dia malah ditahan selama berjam-jam oleh Patroli Bea Cukai dan Perbatasan (CBP) AS di Bandara Internasional Logan di Massachusetts pada Selasa (21/1) waktu setempat. Dia juga akhirnya diperintahkan untuk segera kembali ke negara asalnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dehghani yang memiliki nama lengkap Mohammad Shahab Dehghani Hossein Abadi ini, kemudian diterbangkan pulang ke Iran dengan penerbangan selanjutnya.
Otoritas CBP di Bandara Logan menyebut pemuda Iran itu berniat tinggal di wilayah AS lebih lama dari yang diizinkan visa mahasiswa yang dimilikinya.
Kelompok HAM setempat mengecam keputusan otoritas CBP tersebut dalam melarang Dehghani masuk ke wilayah AS untuk melanjutkan kuliahnya. Direktur Legal pada Serikat Kebebasan Sipil Amerika Serikat (ACLU), Matthew Segal, menuturkan kepada Associated Press bahwa petugas CBP memberikan dokumen-dokumen kepada Dehghani yang menunjukkan ada sejumlah keraguan bahwa dia sungguh-sungguh seorang mahasiswa.
Simak Juga Video "Wamenhan Ingin Industri Pertahanan Indonesia Seperti DARPA di AS"
Otoritas CBP enggan mengomentari secara detail soal kasus Dehghani ini. Mereka justru merilis pertanyaan yang menyebut setiap orang yang hendak masuk ke wilayah AS memiliki tanggung jawab untuk membuktikan bahwa mereka bisa mengatasi 'semua alasan yang tidak bisa diterima' yang diajukan petugas.
"Termasuk alasan terkait kesehatan, kriminalitas, alasan keamanan, dakwaan publik, sertifikasi tenaga kerja, pendatang ilegal dan pelanggaran imigrasi, persyaratan dokumentasi dan alasan-alasan lainnya," demikian pernyataan CBP tersebut.
Disebutkan Segal dalam pernyataannya bahwa ada sejumlah contoh kasus di mana mahasiswa-mahasiswa Iran dan mahasiswa dari negara lain dijadikan target khusus, di tengah ketegangan hubungan antara AS dan Iran. Sejak Agustus tahun lalu, sedikitnya 10 mahasiswa dipulangkan ke Iran setelah mendarat di bandara-bandara AS.
"Ada sejumlah kasus yang tampaknya menargetkan mahasiswa Iran dan warga Iran dalam beberapa pekan terakhir, saat ada peningkatan ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran. Tapi kami juga tahu soal kekejaman pemerintahan (Presiden AS Donald) Trump terhadap warga Iran dan khususnya warga muslim, sebelum ketegangan meningkat, karena larangan warga muslim dirilis sejak pekan pertama kepresidenan Trump," tegas Segal.
Pihak Northeastern University dalam pernyataan via situs resminya menyatakan pihaknya tengah mencari informasi soal insiden Dehghani. "Para pejabat Northeastern sedang mencari jawaban soal mahasiswa Iran yang dipulangkan dari AS," demikian pernyataan Northeastern University.