Seperti dilansir Associated Press dan AFP, Sabtu (18/1/2020), bentrokan dan jatuhnya korban jiwa ini terjadi setelah ketenangan menyelimuti Irak beberapa pekan terakhir. Polisi antihuru-hara yang dikerahkan mengawal jalannya unjuk rasa, melepaskan tembakan gas air mata dan bom suara (sound bomb) untuk membubarkan demonstran di Jembatan Sinak, Baghdad, pada Jumat (17/1) waktu setempat.
Upaya-upaya itu dilakukan polisi Irak setelah para demonstran berupaya memanjat pembatas beton yang dipasang otoritas keamanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan sejumlah aktivis dan pejabat keamanan Irak bahwa tembakan gas air mata dan bom suara itu memakan korban jiwa. Salah satu tabung gas air mata dilaporkan mengenai bagian dada seorang demonstran dan menewaskannya.
Menurut keterangan tiga aktivis lokal dan seorang pejabat keamanan Irak, dua demonstran tewas. Sekitar 24 orang lainnya mengalami luka-luka atau gangguan pernapasan.
Bentrokan terbaru ini terjadi setelah masa tenang antara demonstran antipemerintah dan pasukan keamanan Irak, setelah ketegangan memuncak antara Iran dan Amerika Serikat (AS) usai serangan drone militer AS di Irak yang menewaskan seorang jenderal top Iran. Baik Iran maupun AS menunjukkan isyarat de-eskalasi setelah Iran membalas kematian jenderalnya dengan melancarkan serangan rudal terhadap markas pasukan AS di Irak pada 8 Januari lalu.
Simak Video "Bak Kota Mati, Desa di Utara Irak Ini Ditinggal Penduduknya"
Unjuk rasa besar-besaran di Baghdad dan sejumlah provinsi yang didominasi warga Syiah digelar sejak 1 Oktober 2019. Saat itu, ribuan warga Irak turun ke jalanan untuk memprotes praktik korupsi pemerintah yang merajalela, kelangkaan lapangan pekerjaan dan buruknya layanan publik.
Sedikitnya 500 orang tewas di tangan pasukan keamanan Irak yang berkali-kali menembakkan peluru tajam, gas air mata dan bom suara saat unjuk rasa berlangsung selama empat bulan. Demonstran menuntut adanya reformasi, kepemimpinan baru dan pemilu segera.
Sejak November tahun lalu, para demonstran menduduki tiga jembatan strategis -- Sinak, Ahrar dan Jumhunriyah -- di Baghdad, yang mengarah atau terletak di dekat Zona Hijau yang menjadi lokasi gedung pemerintahan Irak dan misi diplomatik asing.
Unjuk rasa di Irak ini cukup sukses membawa beberapa perubahan penting, namun masih belum terlihat jelas apakah demonstran bisa menjaga momentum di tengah ketegangan kawasan dan gejolak politik yang terus berlangsung.
Tekanan dari unjuk rasa itu berujung pengunduran diri Perdana Menteri (PM) Adel Abdul-Mahdi, setelah ulama Syiah terkemuka Irak, Ayatollah Agung Ali al-Sistani, menarik dukungan pada pemerintahannya. Faksi-faksi politik di Irak belum mencapai konsensus untuk kandidat baru yang menggantikan Abdul-Mahdi.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini