Seperti dilansir Press TV dan Associated Press, Senin (13/1/2020), laporan soal serangan udara terhadap satu jenderal Iran lainnya ini diungkapkan oleh sejumlah pejabat AS yang enggan disebut namanya. Media terkemuka AS, The Washington Post, menjadi yang pertama melaporkan hal ini.
Disebutkan sumber-sumber pejabat AS bahwa serangan udara oleh pasukan operasi khusus menargetkan Abdul Reza Shahlai, salah satu komandan senior pada Garda Revolusi Iran, dilancarkan di wilayah Yaman, pada Jumat (3/1) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AS mengidentifikasi Shahlai sebagai 'komandan militer top bagi Pasukan Quds Iran' yang berbasis di Yaman dan secara aktif membantu pasukan Yaman melawan operasi militer yang dipimpin Arab Saudi dan didukung AS.
Sumber pejabat AS menyebut serangan udara terhadap Shahlai itu gagal atau tidak berhasil seperti serangan terhadap Soleimani di Irak. Namun tidak disebutkan lebih lanjut soal bagaimana serangan udara itu bisa gagal.
Menurut sumber-sumber pejabat AS itu, baik Soleimani maupun Shahlai masuk daftar target serangan militer yang disetujui otoritas AS. Associated Press menyebut hal ini mengindikasikan upaya secara sengaja dari AS untuk melemahkan kepemimpinan Pasukan Quds Iran, yang telah ditetapkan sebagai organisasi teror oleh AS.
Simak Video Berikut "Berita Dunia: Kematian Jenderal Iran, Picu Perang Dunia III?"
Serangan drone AS pada 3 Januari lalu menewaskan Soleimani yang baru saja mendarat di Bandara Internasional Baghdad di Irak. Wakil Komandan milisi Hashed al-Shaabi yang pro-Iran, abu Mahdi al-Muhandis dan beberapa orang lainnya tewas dalam serangan AS itu.
Pemerintahan Presiden Trump membenarkan pembunuhan Soleimani dan rekan-rekannya sebagai aksi membela diri. Diungkapkan Trump bahwa Soleimani merencanakan serangan terhadap personel militer dan para diplomat AS di kawasan Timur Tengah. Namun Iran menyebut serangan AS itu sebagai aksi terorisme.
Pada 8 Januari lalu, Iran membalas dengan melancarkan serangan rudal ke dua pangkalan militer Irak yang menjadi markas tentara AS dan tentara asing lainnya anggota koalisi. Tidak ada korban luka maupun korban jiwa akibat serangan rudal Iran, yang diklaim memang tidak bertujuan membunuh tentara AS.
Sebelumnya pada awal bulan lalu, Departemen Luar Negeri AS menawarkan imbalan sebesar US$ 15 juta untuk informasi soal jaringan finansial Garda Revolusi Iran, termasuk Shahlai yang disebut sebagai penggalang dana utama bagi Garda Revolusi Iran. Disebutkan Departemen Luar Negeri AS bahwa Shahlai 'memiliki sejarah panjang dalam menargetkan warga Amerika dan sekutu AS secara global'.
Shahlai juga disebutkan merencanakan sejumlah pembunuhan anggota pasukan koalisi AS di Irak. Disebutkan bahwa aktivitasnya meliputi menyediakan persenjataan dan peledak kepada kelompok-kelompok milisi Syiah dan mengarahkan rencana pembunuhan Duta Besar Saudi di Washington DC tahun 2011 lalu.
Saat dimintai tanggapan soal laporan tersebut, Pentagon atau Departemen Pertahanan AS menolak untuk membahas operasi yang sangat rahasia. "Kita telah melihat laporan serangan udara pada 2 Januari di Yaman, yang sejak lama dipahami sebagai tempat aman bagi para teroris dan musuh lainnya bagi Amerika Serikat. Departemen Pertahanan tidak membahas operasi-operasi di kawasan," tegas juru bicara Pentagon, Komandan Angkatan Laut Rebecca Rebarich.
Halaman 2 dari 2