Seperti dilansir Associated Press, Jumat (10/1/2020), ditembak jatuhnya pesawat Iran Air nomor penerbangan 655 pada 3 Juli 1988 silam oleh Angkatan Laut AS (US Navy) menjadi salah satu dari sekian banyak momen yang selalu diingat terkait isu ketidakpercayaan dengan AS. Sedikitnya 290 orang tewas dalam tragedi itu.
Iran mensejajarkan tragedi Iran Air dengan kudeta yang didukung CIA tahun 1953 silam yang melengserkan perdana menteri terpilih dan mengamankan kekuatan penuh bagi Shah Mohammad Reza Pahlavi, hingga dia turun takhta sebelum Revolusi Iran tahun 1979.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pekan lalu, Presiden Iran Hassan Rouhani menyinggung tragedi Iran Air saat mengkritik komentar Presiden AS Donald Trump soal pasukan militer AS telah memilih 52 target di Iran untuk diserang jika diperlukan. Satu target diketahui mewakili satu sandera AS saat pendudukan Kedutaan Besar AS di Teheran tahun 1979 silam.
"Mereka yang merujuk pada angka 52 seharusnya juga ingat angka 290. #IR655," tulis Rouhani via Twitter saat itu. "Jangan pernah mengancam negara Iran," imbuhnya.
Serangan terhadap Iran Air saat itu terjadi ketika US Navy sedang melancarkan Operation Praying Mantis, yakni pertempuran laut di Teluk Persia selama seharian penuh antara pasukan Amerika dan Irak saat perang berkepanjangan dengan Irak tahun 1980-an.
Pertempuran terjadi setelah USS Samuel B Robertson, salah satu kapal perang AS, terkena ranjau yang diyakini AS dipasang oleh Iran di jalur pelayaran yang berusaha tetap dibuka untuk kapal-kapal tanker minyak Kuwait di tengah 'Tanker War'. Usai pertempuran itu, US Navy melakukan patroli di perairan itu dan Garda Revolusi Iran sering mengganggu atau mengerumuni kapal-kapal yang datang dengan kapal kecil.
![]() |
Pada dini hari tanggal 3 Juli 1988, USS Vincennes mengirimkan satu helikopter untuk memantau kapal cepat Iran yang diyakini AS mengganggu kapal komersial yang melintas. Saat itu Iran diduga menembaki helikopter militer AS dan USS Vincennes melakukan pengejaran. Tidak diakui selama bertahun-tahun oleh US Navy, USS Vincennes melanggar wilayah perairan Iran saat melakukan pengejaran. Kapal perang AS itu bahkan menembaki kapal-kapal Iran di sana.
Saat pertempuran berlangsung sengit, pesawat Iran Air dengan nomor penerbangan 655 lepas landas dari Bandar Abbas, Iran, menuju Dubai di Uni Emirat Arab. Rute itu menjadi penerbangan rutin dua kali seminggu oleh Iran Air selama 20 tahun. Pesawat jenis Airbus A300 itu lepas landas dengan normal. Pilot pesawat berkomunikasi secara baik dengan operator Air Traffic Control (ATC) dalam bahasa Inggris, pesan terakhirnya adalah: "Thank you, good day."
USS Vincennes salah mengira pesawat komersial itu sebagai jet tempur F-14 milik Iran. Militer AS menyatakan US Navy melakukan 11 kali peringatan radio dalam frekuensi berbeda-beda sebelum USS Vincennes menembakkan dua rudal ke arah pesawat komersial itu hingga menjatuhkannya dan menewaskan semua orang di dalamnya. Rekaman penerbangan dari kotak hitam Iran Air nomor penerbangan 655 tidak pernah ditemukan.
Tragedi itu mengejutkan publik Iran, yang saat itu tengah dalam situasi perang dengan Irak yang akan menewaskan 1 juta orang. Sekitar 66 korban tewas dalam tragedi Iran Air merupakan bayi dan anak-anak. Otoritas Iran menjejerkan peti mati berisi jenazah korban Iran Air di depan gedung parlemen di Teheran.
Iran menggugat AS di Mahkamah Keadilan Internasional (ICJ) demi kompensasi bagi para korban. Setelah bertahun-tahun, penyelesaian dicapai tahun 1996 dengan AS tidak mengakui pertanggungjawaban namun 'menyampaikan penyesalan mendalam atas hilangnya banyak nyawa'. Namun AS sepakat membayar ganti rugi sebesar US$ 131,8 juta bagi keluarga korban tragedi Iran Air.
Bertahun-tahun setelah itu, AS melancarkan serangan drone militer di Irak yang menewaskan Komandan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Qasem Soleimani. Serangan dilancarkan setelah Kedutaan AS di Baghdad diserang milisi pro-Iran. Kematian Soleimani memicu duka mendalam bagi rakyat Iran, dengan lebih dari 1 juta orang hadir melayat dalam prosesi pemakaman di berbagai kota.
Sebagai balasan, Iran melancarkan serangan rudal terhadap dua pangkalan militer Irak yang menjadi markas tentara AS pada Rabu (8/1) dini hari. Serangan rudal Iran itu tidak memakan korban jiwa, baik dari pihak tentara AS maupun Irak maupun tentara asing lainnya yang menjadi anggota koalisi pimpinan AS. Namun beberapa jam setelahnya, kabar mencuat soal jatuhnya pesawat komersial milik maskapai Ukraine International Airlines yang membawa 176 orang.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini