Seperti dilansir Associated Press, Kamis (9/1/2020), pesawat jenis Boeing 737-800 itu jatuh sesaat setelah lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini Teheran pada Rabu (8/1) waktu setempat. Pesawat itu jatuh beberapa jam setelah Iran melancarkan serangan rudal ke markas tentara Amerika Serikat (AS) di Irak.
Waktu terjadinya insiden tersebut membuat beberapa pakar penerbangan bertanya-tanya apakah pesawat tersebut terkena rudal. Para pejabat Iran membantah spekulasi tersebut dan menyebut masalah mesin sebagai dugaan penyebabnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditegaskan Shekarchi bahwa rumor-rumor yang beredar hanyalah 'perang psikologi' atau psychological warfare dari rival-rival Iran.
Para pejabat Ukraina awalnya sepakat dengan Iran soal masalah mesin sebagai dugaan penyebab jatuhnya pesawat tersebut. Kedutaan Besar Ukraina di Teheran sempat menyatakan pihaknya mengesampingkan terorisme sebagai dugaan penyebab kecelakaan itu. Namun belakangan otoritas Ukraina menarik diri dari pernyataan tersebut dan menolak untuk menjawab pertanyaan soal dugaan penyebab jatuhnya pesawat dengan alasan penyelidikan masih berlangsung.
Simak Video "Korban Pesawat Ukraina yang Jatuh di Iran Berasal dari 7 Negara"
Secara terpisah, seorang anggota parlemen AS dari Partai Demokrat yang menghadiri briefing tertutup dengan jajaran pejabat pemerintahan Presiden AS Donald Trump menuturkan bahwa otoritas intelijen AS menyatakan tidak ada informasi intelijen yang mengindikasikan pesawat maskapai Ukraina itu ditembak jatuh. Briefing itu juga dihadiri oleh Menteri Pertahanan AS Mark Esper, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Direktur CIA Gina Haspel.
Laporan menyebut pesawat Ukraine International Airlines PS752 itu menghantam daratan dan puingnya berserakan, dengan beberapa puing tampak hangus terbakar. Barang-barang pribadi milik penumpang juga berserakan di sebuah lahan pertanian yang cukup luas di pinggiran Teheran.
Pesawat ini diketahui sedang mengudara dari Teheran menuju ibu kota Kiev, Ukraina. Pesawat membawa 176 orang yang terdiri atas 167 penumpang dan 9 awak pesawat saat kecelakaan terjadi. Seluruh penumpang dan awak dipastikan tewas. Penyelidikan terhadap penyebab kecelakaan ini tengah berlangsung. Kotak hitam pesawat dilaporkan telah ditemukan, namun Iran menolak untuk menyerahkannya kepada otoritas AS yang merupakan negara asal Boeing, produsen pesawat itu.
Presiden maskapai Ukraine International Airlines, Yevehen Dykhne, menyatakan pesawat itu merupakan 'salah satu pesawat terbaik yang kami miliki, dengan awak yang luar biasa dan bisa diandalkan'. Dijelaskan Dykhne bahwa pesawat itu baru menjalani pemeliharaan pada Senin (6/1) waktu setempat. Ditegaskan juga oleh pihak Ukraine International Airlines bahwa 'merujuk pada pengalaman awak pesawat itu, kemungkinan error adalah minimal'.
Diketahui bahwa Iran melancarkan serangan rudal terhadap dua pangkalan militer Irak yang menjadi markas tentara AS pada Rabu (8/1) dini hari waktu setempat. Iran menyebut serangan itu sebagai pembalasan atas kematian Komandan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Qasem Soleimani, dalam serangan drone AS di Irak pada 3 Januari lalu.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini