Washington DC - Menteri Luar Negeri
Amerika Serikat (AS)
Mike Pompeo mengungkapkan Mayor Jenderal
Qasem Soleimani sedang merencanakan 'aksi besar' yang mengancam nyawa warga AS. Pompeo menghubungi sejumlah pejabat berbagai negara sebelum serangan terhadap Soleimani dilancarkan di Irak.
Soleimani yang menjabat Komandan Pasukan Quds pada
Garda Revolusi Iran tewas dalam serangan yang dilancarkan oleh drone militer AS di luar kompleks Bandara Internasional Baghdad pada Jumat (3/1) pagi. Wakil Komandan milisi Hashed al-Shaabi, milisi Irak yang pro-Iran, Abu Mahdi al-Muhandis juga tewas dalam serangan itu.
Total lima personel Garda Revolusi Iran dan lima anggota milisi Hashed al-Shaabi tewas dalam serangan yang mengenai dua kendaraan yang ditumpangi Soleimani rombongannya. Sebagai Komandan Pasukan Quds, Soleimani bertugas memimpin dan mengawasi misi-misi Garda Revolusi Iran di luar negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia (Soleimani-red) secara aktif merencanakan di kawasan untuk melakukan aksi -- aksi besar, seperti yang disebutkan -- yang akan menempatkan puluhan bahkan ratusan nyawa warga Amerika dalam bahaya," sebut Pompeo kepada
CNN dan dilansir
AFP, Sabtu (4/1/2020).
"Kami tahu itu akan terjadi dalam waktu dekat," imbuh Pompeo merujuk pada 'aksi besar' yang direncanakan Soleimani. Pompeo tidak menyebut lebih lanjut soal rencana Soleimani.
"Ini merupakan penilaian yang didasarkan pada informasi intelijen yang mendorong proses pengambilan keputusan kami," sebut Pompeo.
Simak Video "Trump Sebut Jenderal Iran Berencana Menyerang Orang Amerika"
Dilaporkan bahwa Pompeo menghabiskan waktu seharian untuk menghubungi sejumlah pejabat berbagai negara untuk membahas rencana serangan yang menargetkan Soleimani, yang telah memicu sumpah 'pembalasan dendam hebat' dari Iran.
Di antara pejabat yang dihubungi Pompeo adalah anggota politburo China Yang Jiexhi, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Panglima Militer Pakistan Qamar Javed Bajwa, para Menteri Luar Negeri dari Inggris, Jerman dan Rusia, serta Putra Mahkota Abu Dhabi Pangeran Mohammed bin Zayed Al-Nahyan.
Disebutkan juga bahwa Pompeo sempat menelepon Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman. Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa Pompeo berterima kasih kepada Saudi atas 'dukungan teguh dan atas pengakuan terhadap ancaman agresif berkelanjutan' dari Garda Revolusi Iran.
Sejumlah pejabat Departemen Luar Negeri AS menuturkan kepada wartawan, seperti dilansir
Associated Press, bahwa serangan drone itu didasarkan atas informasi intelijen yang menunjukkan Soleimani pergi ke Irak untuk menyelesaikan rencana serangan yang menargetkan diplomat, tentara dan fasilitas AS di Irak, Lebanon, Suriah dan beberapa lokasi lain di Timur Tengah. Pejabat AS itu tidak bisa memberikan penjelasan lebih spesifik soal informasi intelijen ini.
Presiden
Donald Trump dalam pernyataan terpisah saat menemui pendukungnya dalam kampanye di sebuah gereja di Miami, pada Jumat (3/1) waktu setempat, juga menyebut hal senada. Trump menyatakan bahwa Soleimani sedang merencanakan 'serangan sangat besar' terhadap warga AS.
"Dia (Soleimani-red) merencanakan sebuah serangan sangat besar dan kita mendapatkan dia," sebut Trump di hadapan pendukungnya.
"Qasem Soleimani telah dibunuh dan amukannya yang banyak menumpahkan darah kini hilang selamanya. Dia merencanakan serangan-serangan terhadap warga Amerika, tapi sekarang kita telah memastikan bahwa kekejamannya dihentikan untuk selamanya. Mereka dihentikan untuk selamanya," tegasnya.
Trump memuji militer AS yang melancarkan serangan drone terhadap Soleimani. "Mereka (militer AS-red) mengeksekusi serangan tak bercacat yang menghentikan pemimpin jaringan teroris yang bertanggung jawab atas luka parah dan pembunuhan ribuan orang -- sedikitnya -- warga Amerika," ucapnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini