Seperti dilansir AFP, Selasa (26/11/2019), penahanan ini menggarisbawahi apa yang oleh para pengamat disebut sebagai meningkatnya represi dan otoritarianisme di bawah Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), yang secara de-facto memimpin Kerajaan Saudi.
Dalam operasi terbaru yang dimulai 16 November, seperti disebutkan kelompok pejuang HAM ALQST, otoritas Saudi menggerebek rumah sembilan jurnalis, blogger dan aktivis di berbagai kota termasuk Riyadh, Jeddah dan Hail. Dalam penggerebekan itu, sejumlah laptop dan telepon genggam disita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada saat bersamaan, otoritas setempat meningkatkan penyiksaan terhadap para tahanan yang sudah ada, dengan melakukan penyiksaan berkelanjutan, pelecehan seksual dan tindak penganiayaan lainnya," imbuh pernyataan ALQST.
Baca juga: Raja Salman Bertemu Direktur CIA, Bahas Apa? |
Prisoners of Conscience, sebuah kelompok yang melacak para tahanan politik menyebut sedikitnya ada 10 orang yang ditahan otoritas Saudi dalam penggerebekan terbaru di berbagai wilayah.
Dakwaan yang dijeratkan terhadap para intelektual yang ditahan otoritas Saudi itu tidak diketahui secara jelas.
Menurut Prisoners of Conscience, seorang penulis bernama Suleiman al-Nasser merupakan salah satu yang ditahan karena 'opini intelektualnya'. Demikian halnya dengan seorang blogger bernama Fuad al-Farhan yang ditahan karena 'aktivitas intelektualnya'.
Otoritas Saudi juga belum memberikan komentar resmi atas laporan ini.
Halaman 2 dari 2











































