Seperti dilansir AFP, Senin (25/11/2019), pria bernama Christopher Kennedy (23) itu dihadirkan dalam persidangan di Pengadilan Chelmford di Essex, Inggris bagian tenggara pada Senin (25/11) waktu setempat.
Kennedy dijerat dakwaan berkonspirasi untuk mengatur atau memfasilitasi perjalanan orang-orang dengan tujuan eksploitasi dan berkonspirasi untuk memfasilitasi tindak pelanggaran Undang-undang (UU) Imigrasi Inggris.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kennedy yang berasal dari County Armagh, Irlandia Utara ini ditangkap pada Jumat (22/11) lalu di jalan tol M40 yang menghubungkan London, Oxford dan Birmingham.
Jasad delapan wanita dan 31 pria ditemukan di dalam sebuah truk trailer dengan lemari pendingin di kawasan industri Essex pada Oktober lalu. Truk trailer itu diketahui tiba di kawasan industri itu dengan sebuah kapal kargo dari pelabuhan Zeebrugge, Belgia.
Pengemudi truk itu, Mo Robinson (25), yang juga dari Irlandia Utara telah dihadirkan terlebih dulu dalam persidangan. Dia dijerat 39 dakwaan pembunuhan. dakwaan berkonspirasi untuk memperdagangkan manusia, dakwaan berkonspirasi untuk membantu pelanggaran aturan imigrasi dan pencucian uang. Dia akan kembali disidang di London pada Senin (25/11) waktu setempat.
Simak Video "Geger Penemuan Mayat di Pasangkayu, Diduga Diserang Buaya"
Seorang pria lainnya yang berasal dari Irlandia Utara, Eamonn Harrison (22) tengah menghadapi proses ekstradisi untuk sejumlah dakwaan dan dihadirkan dalam persidangan di Dublin pada Kamis (21/11) lalu.
Tiga orang lainnya juga ditangkap terkait kasus ini. Ketikanya telah diinterogasi dan dibebaskan setelah membayar jaminan sebagai bagian dari penyelidikan. Kepolisian Essex, bulan lalu, menyatakan ingin menginterogasi dua kakak-beradik terkait kasus ini dan mengimbau keduanya -- yang tidak disebut namanya -- untuk mengundurkan diri.
Kebanyakan korban tewas dalam kasus ini berawal dari Vietnam. Di negara yang sumber pendapatan utamanya berasal dari sektor perikanan, pertanian dan buruh pabrik itu, banyak keluarga yang rela berhutang ribuan dolar AS untuk mengirimkan anak-anak mereka ke Inggris, dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan bagus dan mengirimkan uang kembali ke keluarganya di kampung halaman.
Halaman 2 dari 2