Dilansir AFP, Rabu (20/11/2019), pasukan Mali dan Niger sedang melakukan operasi bersama saat diserang oleh 'teroris' dekat kota Tabankort. Menurut militer, total korban adalah 24 orang tewas, 29 luka-luka dan kerusakan materi. Sedangkan 17 pemberontak tewas dan seratus lainnya tersangka ditangkap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tindakan pada hari Senin adalah kehilangan besar bagi tentara. Kehilangan seratus tentara dalam dua serangan pemberontak dalam sebulan di musim gugur.
Mali utara jatuh ke tangan pemberontak pada 2012 sebelum para militan dipaksa keluar oleh intervensi militer yang dipimpin Prancis. Sejak itu wilayah perbatasan Mali, Niger, dan Burkina Faso telah menjadi arena bentrokan berulang dengan pejuang pemberontak.
Tentara Mali telah berjuang untuk menahan pemberontakan meskipun ada bantuan dari tetangga Afrika, MINUSMA, misi penjaga perdamaian PBB yang beranggotakan 13.000 orang di Mali, dan bekas kekuatan kolonial di wilayah Prancis.
Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe dalam kunjungan ke negara tetangga Senegal pada hari Senin, menyerukan kepada semua negara Afrika barat untuk membantu menangani kelompok-kelompok pemberontak yang beroperasi di Sahel.
"Satu hal yang pasti: kelompok-kelompok jihad akan mendapat manfaat, segera setelah mereka dapat, dari kelemahan kita, dari kurangnya koordinasi kita atau dari kurangnya komitmen atau pelatihan kita," kata Philippe, pada pembukaan Forum Internasional Perdamaian dan Keamanan.
Presiden Prancis Emmanuel Macron telah berjanji untuk mengambil keputusan 'dalam beberapa minggu mendatang' tentang bagaimana Prancis dapat membantu mengatasi kekerasan pemberontak di Sahel. Dia mengatakan telah ada kemajuan dalam situasi keamanan dan keputusan akan diumumkan tentang pembenahan pasukan kerjasama regional G5 di Mali, Burkina Faso dan Niger.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini