Seperti dilansir AFP, Kamis (17/10/2019), perusahaan tempat keduanya bekerja, China Horizons yang berbasis di Idaho, AS, menyebut keduanya ditahan atas dakwaan-dakwaan 'palsu'. Jacob Harlan, ayah lima anak, dan Alyssa Petersen ditangkap di wilayah Provinsi Jiangsu, bulan lalu.
Sebuah halaman penggalangan dana online via gofundme.com muncul untuk mengumpulkan uang untuk membayar biaya hukum Petersen. Disebutkan pada halaman tersebut bahwa Peterson telah didakwa secara resmi atas 'tindakan ilegal memindahkan orang-orang melintasi perbatasan'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kabar soal penahanan ini muncul di tengah ketegangan diplomatik dan perang dagang antara China dan AS. Otoritas AS telah menanggapi penahanan dua warganya di China.
"Kami menyadari adanya penahanan dua warga AS di Jiangsu, China dan dakwaan-dakwaan yang dijeratkan terhadap mereka oleh pemerintah provinsi," ujar seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS yang enggan disebut namanya.
"Kami menganggap serius tanggung jawab kami untuk membantu warga AS di luar negeri dan memantau situasi," imbuhnya.
Informasi soal penahanan Harlan dan Peterson diungkapkan lebih lanjut oleh pihak China Horizons via akun Facebook mereka. "Keduanya didakwa atas tindak kriminal palsu dan keluarga mereka sedang berupaya mencari pengacara internasional untuk membantu memulangkan mereka ke AS," sebut China Horizons.
Harlan yang merupakan pendiri China Horizons, ditahan di sebuah hotel setempat di bawah pengawasan polisi di kota Zhenjiang. Menurut postingan halaman gofundme.com untuk Harlan, polisi setempat menahannya saat dia sedang bersama putrinya yang berusia 8 tahun di sebuah hotel di Weifang, Provinsi Shandong pada 28 September lalu. Polisi merampas telepon genggam dan laptop yang dibawa Harlan.
Disebutkan bahwa putri Harlan akhirnya diperbolehkan menghubungi ibundanya dan kemudian naik penerbangan internasional bersama sahabat keluarganya.
Sementara Peterson, yang merupakan Associate Director pada China Horizons, ditahan pada 27 September lalu. Nasibnya tidak diketahui hingga Departemen Luar Negeri AS menemukan lokasinya sekitar dua minggu kemudian.
"Kami menerima informasi bahwa dia (Peterson) baik-baik saja, dia bangun saat diminta, dia tidur saat diminta. Dia menghabiskan hari-harinya di dalam sel penjara atau berjalan berputar menghitung langkah. Dia tidak bisa menghubungi siapapun selain Pejabat Konsuler yang bisa mengunjunginya sebulan sekali dan seorang pengacara," tulis halaman gofundme.com untuk Peterson.
Halaman 2 dari 2











































