Trump dituduh menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menyelidiki Joe Biden, mantan Wakil Presiden AS yang kini menjadi kandidat capres terdepan dari Partai Demokrat, dan putranya, Hunter. Biden diketahui berpotensi menjadi penantang utama Trump dalam pilpres 2020 mendatang.
Tekanan terhadap Zelensky itu disampaikan Trump dalam percakapan telepon pada 25 Juli lalu. Trump mengutarakan permintaan penyelidikan kepada Zelenksy itu setelah sebelumnya menahan bantuan sebesar US$ 400 juta untuk Ukraina. Trump telah membantah semua tuduhan yang mencuat ke publik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun tindakannya yang kontroversial itu telah memicu penyelidikan pemakzulan oleh House of Representatives (HOR) atau DPR AS. Pekan ini, sejumlah diplomat AS ditanyai oleh komisi pada DPR AS yang memimpin penyelidikan pemakzulan.
Salah satu yang ditanyai adalah mantan Utusan Khusus AS untuk Ukraina, Kurt Volker. Seperti dilansir AFP, Jumat (4/10/2019), sejumlah pesan singkat yang dirilis oleh Partai Demokrat dalam DPR AS mengungkapkan pesan mengejutkan Volker untuk ajudan Zelensky, Andrey Yermak. Dalam pesan singkat itu, Volker menjanjikan undangan kunjungan ke Washington DC dan bertemu Trump, untuk Zelensky sebagai imbalan atas penyelidikan terhadap Biden dan anaknya.
"Mendengar kabar dari Gedung Putih -- dengan asumsi Presiden Z meyakinkan Trump bahwa dia akan menyelidiki / 'mencari tahu apa yang terjadi' tahun 2016, kami akan menetapkan tanggal untuk kunjungan ke Washington. Good luck!," tulis Volker dalam pesan bertanggal 25 Juli itu.
Pesan singkat itu dikirimkan Volker setelah percakapan telepon antara Trump dan Zelenksy pada 25 Juli. Dua hari sebelum kedua pemimpin saling bercakap via telepon, Volker mengirimkan pesan singkat kepada Duta Besar AS untuk Uni Eropa saat itu, Gordon Sondland. Isi pesan singkat itu menyebut bahwa sangat penting bagi 'Zelensky untuk mengatakan dirinya akan membantu penyelidikan'.
Pesan-pesan singkat ini dirilis pada hari yang sama saat Volker ditanyai oleh komisi DPR AS selama 8 jam nonstop. Volker diyakini memiliki peran penting dalam dugaan upaya Trump dan pengacara pribadinya, Rudy Giuliani, mencari intervensi asing dalam pilpres AS tahun depan.
Seorang whistleblower, yang identitasnya dirahasiakan, melapor pada otoritas AS soal kekhawatirannya pada isi percakapan telepon antara Trump dan Zelensky. Laporan whisleblower ini memicu penyelidikan pemakzulan oleh tiga komisi DPR AS, yakni Komisi Intelijen, Komisi Luar Negeri dan Komisi Pengawasan.
"Terlibat dalam pelanggaran menakjubkan semacam ini di siang hari bolong, tidak membebaskan Presiden Trump dari kesalahannya -- atau dari pelanggaran fatal terhadap Konstitusi (AS)," demikian pernyataan tiga ketua komisi DPR AS dalam pernyataan gabungan, usai mendengarkan keterangan Volker.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini