Khashoggi yang merupakan wartawan senior Saudi dan kolumnis media terkemuka Amerika Serikat (AS), The Washington Post, ini dibunuh dan dimutilasi setelah memasuki Konsulat Saudi di Istanbul, Turki pada 2 Oktober 2018. Dia tidak pernah keluar dari konsulat dan lokasi jenazahnya masih misterius hingga kini.
Penyelidikan Turki menyatakan pembunuhan dilakukan oleh agen-agen Saudi. Otoritas Saudi awalnya menyangkal, namun akhirnya mengakui bahwa sekelompok agen yang nakal -- beberapa di antaranya anggota inner circle Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) -- melakukan pembunuhan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nyaris setahun kemudian, seperti dilansir Reuters, Senin (30/9/2019), Erdogan menyatakan Turki masih ingin mengetahui di mana lokasi jenazah Khashoggi dan siapa yang telah memerintahkan pembunuhan itu.
Dalam tulisannya yang dimuat oleh The Washington Post, Erdogan menyebut fakta bahwa pembunuh Khashoggi mendatangi Turki dengan paspor diplomatik dan 'mengubah kantor diplomatik menjadi lokasi kejahatan' telah menetapkan preseden yang berbahaya.
"Mungkin yang lebih berbahaya adalah impunitas yang tampaknya dinikmati oleh beberapa pembunuhnya di kerajaan (Saudi)," sebut Erdogan dalam tulisannya, sembari menyinggung soal proses peradilan yang kurang transparan di Saudi.
Lebih lanjut, Erdogan menegaskan bahwa Turki akan tetap memandang Saudi sebagai negara sahabat dan sekutu, namun itu tidak berarti pemerintah Turki akan tetap bungkam soal kasus pembunuhan Khashoggi.
"Skuad pembunuh beranggotakan 15 orang yang membunuh Khashoggi di dalam Konsulat Arab Saudi di Istanbul dan memutilasi jasadnya, diketahui mengabdi untuk kepentingan sebuah negara bayangan di dalam pemerintahan kerajaan Saudi," tegas Erdogan tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Pernyataan Erdogan ini dirilis setelah MBS menyampaikan bantahan dalam wawancara dengan media AS, CBS News, saat ditanya apakah dirinya yang memerintahkan pembunuhan Khashoggi. Wawancara itu ditayangkan dalam program '60 Minutes' pada Minggu (29/9) waktu setempat.
"Tentu tidak. Itu sungguh kejahatan keji ," jawab MBS saat ditanya apakah dia memerintahkan pembunuhan Khashoggi.
"Tapi saya bertanggung jawab penuh sebagai seorang pemimpin di Arab Saudi, khususnya karena (pembunuhan) itu dilakukan oleh individu-individu yang bekerja untuk pemerintah Saudi," imbuhnya dalam wawancara yang dilakukan pada Selasa (24/9) pekan lalu di Istana Kerajaan Saudi di Jeddah.
Terkait kasus Khashoggi, lima pejabat tinggi Saudi telah dicopot dari jabatannya dan 18 orang lainnya ditahan. Sejauh ini, jaksa Saudi telah mendakwa 11 orang, termasuk Wakil Kepala Intelijen Mayor Jenderal Ahmed Asiri. Mantan tangan kanan MBS, Saudi al-Qahtani, juga diduga terlibat namun tidak didakwa secara resmi.
Simak Video "Pompeo Temui Raja Salman dan MBS Bahas Khashoggi"
Halaman 2 dari 2











































