Penggunaan mesin biometrik ini bukan pertama kalinya. Pada Oktober tahun lalu, mesin biometrik juga dipakai pada pemilihan anggota parlemen pada Oktober. Namun, saat itu banyak mesin mengalami gangguan atau kerusakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Teknologi itu sedikit membaik tidak sejelek dalam pemilihan parlementer," kata Direktur Transparent Election Foundation of Afghanistan, Naem Ayubzada, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (28/9/2019).
Naem menjelaskan, mesin-mesin biometrik itu masih dapat mengidentifikasi seorang pemilih hingga 10 menit, walaupun masalah-masalah identifikasi sering terjadi. Masin-mesin itu merupakan buatan Dermalog Identification Systems, perusahaan Jerman, menggunakan sidik jari dan foto untuk mengidentifikasi para pemilih sebelum mereka memberikan suara guna mengurangi kecurangan yang sudah meluas dalam pemungutan suara di Afghanistan sejak kejatuhan rezim Taliban tahun 2001.
Kendati demikian, penggunaan mesin biometrik bukan tanpa masalah. Mesin tersebut kesulitan mengenali wajah pemilih perempuan di kawasan-kawasan konservatif Afghanistan yang sebagian besar menggunakan burka atau cadar. (mae/mae)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini