Gary Ray Bowles yang berumur 57 tahun, dieksekusi dengan disuntik mati pada pukul 22.58 waktu setempat.
Dalam pernyataan terakhirnya seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (23/8/2019), pembunuh berantai itu meminta maaf atas kepedihan dan penderitaan yang ditimbulkannya, dan menyatakan bahwa "Saya tak pernah menginginkan ini untuk menjadi hidup saya. Anda tidak terbangun di suatu hari dan memutuskan untuk menjadi pembunuh berantai."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bowles dijuluki sebagai "pembunuh I-95" setelah dikaitkan dengan setengah lusin pembunuhan di sepanjang jalan tol I-95, jalan arteri utama di sepanjang Pantai Timur.
Pada Kamis (22/8) malam waktu setempat, Mahkamah Agung AS menolak mosi pembelaan yang meminta penundaan eksekusi mati.
Menurut berkas-berkas pengadilan, Bowles memiliki masa kecil yang kacau dan mengkhawatirkan. Ayahnya meninggal sebelum dia lahir, dan ibunya telah menikah beberapa kali, termasuk menikah dengan dua pria yang menganiaya Bowles.
Media lokal, Orlando Sentinel melaporkan, pada usia 11 tahun, Bowles telah mengenal narkoba dan minuman beralkohol, dan pada usia 13 tahun, dia nyaris membunuh ayah tirinya yang kedua dengan menghantamkan sebongkah batu ke kepalanya.
Bowles sudah sering keluar masuk penjara, termasuk karena kasus perampokan. Dia juga pernah mendekam di penjara selama beberapa tahun karena memukuli dan memperkosa kekasihnya -- dengan begitu keji sampai-sampai seorang detektif pernah mengatakan, "Saya pernah melihat jasad yang lebih baik kondisinya saat autopsi."
Dia menerima vonis mati pada tahun 1999. Menurut Pusat Informasi Hukuman Mati, Florida merupakan salah satu dari 29 negara bagian AS yang masih mempraktikkan hukuman mati. Para terpidana mati di negara bagian itu dibolehkan memilih disuntik mati atau dengan kursi listrik.
Tonton juga video 2 Napi Terorisme di Sumbar Tak Dapat Remisi karena Menolak NKRI:
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini