"Dua minggu seharusnya cukup bagi pemerintah untuk benar-benar memikirkan bagaimana merespons," kata Presiden Persatuan Pelajar Universitas Hong Kong. Davin Wong, seperti dilansir AFP, Jumat (23/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Davin optimis banyak mahasiswa yang akan bergabung dengan aksinya. Dia berharap bisa menarik lebih banyak massa dari mahasiswa.
"Karena situasinya semakin intens, kami percaya situasi sosial akan membawa lebih banyak siswa ke dalam boikot," tuturnya.
Unjuk rasa besar-besaran di Hong Kong yang berlangsung beberapa pekan terakhir dan bermula sebagai protes terhadap rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang kontroversial karena mengatur ekstradisi tersangka kriminal ke China, kini meluas menjadi gerakan menuntut reformasi demokrasi.
Sebelumnya, otoritas Taiwan menawarkan suaka untuk warga Hong Kong yang terancam diadili karena terlibat dalam unjuk rasa antipemerintah. Tawaran dari Taiwan ini dikecam keras oleh China yang meminta pemimpin Taiwan 'berhenti mencampuri' urusan Hong Kong.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, bulan lalu, menyatakan dukungan dengan menawarkan suaka untuk sejumlah demonstran Hong Kong yang terus menggelar protes menuntut dicabutnya rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi dan menuntut reformasi demokrasi.
Menanggapi hal itu, pekan ini, juru bicara kabinet China pada Kantor Urusan Taiwan, Ma Xiaoguang, melontarkan peringatan untuk Taiwan.
"Berhenti merusak penegakan hukum di Wilayah Administratif Khusus Hong Kong, berhenti mencampuri urusan Hong Kong dan berhenti memanjakan pelaku kriminal dengan cara apapun," tegas Ma dalam pernyataannya, Senin (19/8).
Simak Video "Ragam Wajah Pendemo Hong Kong"
(fdu/fai)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini