Seperti dilansir Efe news, Sabtu (29/6/2019), postingan Twitter yang dipermasalahkan tersebut kebanyakan adalah postingan enam tahun lalu, yakni saat aksi-aksi demo massal untuk memprotes pembangunan kembali Taman Taksim Gezi di Istanbul pada tahun 2013. Aksi demo yang awalnya berskala kecil itu, kemudian meluas menjadi skala nasional setelah polisi menggunakan gas air mata dan meriam air terhadap para demonstran damai.
Saat itu, Erdogan -- yang ketika itu menjabat sebagai Perdana Menteri Turki -- mengecam para demonstran sebagai penjarah dan pengacau. Dalam salah satu cuitannya di Twitter, Kaftancioglu menyamakan pemerintah Turki dengan "pembunuh berantai" setelah seorang remaja berumur 14 tahun, Berkin Elvan tewas akibat granat gas air mata saat demonstrasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejarah umat manusia dimulai dengan seorang wanita. Kemanusiaan hilang karena hal-hal yang dilakukan pada wanita," demikian cuitan Kaftancioglu saat itu.
Kaftancioglu merupakan kepala partai oposisi, Partai Rakyat Republik (CHP) cabang Istanbul, yang dianggap sebagai motor kemenangan Ekrem Imamoglu dalam pemilihan wali kota Istanbul. Dalam pilkada yang diulang tersebut, Imamoglu berhasil mengalahkan kandidat dari partai berkuasa AKP pimpinan Erdogan. Kemenangan tersebut menandai kekalahan signifikan pertama bagi Erdogan selama dirinya berkuasa.
Selain Kaftancioglu, banyak pengkritik Erdogan yang telah menghadapi dakwaan "menghina presiden" sejak pemimpin AKP itu menjabat. Pada tahun 2017, lebih dari 2 ribu orang dilaporkan telah dinyatakan bersalah atas dakwaan "menghina presiden" dan banyak lainnya yang kasusnya masih dalam proses persidangan pada tahun 2018.
(ita/ita)