"Media-media menanyakan tentang kebenaran dugaan serangan siber terhadap Iran. Tidak ada serangan yang berhasil dilakukan oleh mereka, meskipun mereka melakukan banyak upaya," kata Menteri Telekomunikasi Iran Mohammad Javad Azari Jahromi dalam postingan di Twitter seperti dilansir dari kantor berita AFP, Senin (24/6/2019).
Menteri Iran itu mengakui bahwa Iran telah menghadapi terorisme siber, misalnya Stuxnet. Virus Stuxnet yang ditemukan pada tahun 2010, disebut-sebut dirancang oleh Israel dan AS guna merusak fasilitas nuklir Iran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut media terkemuka AS itu, serangan siber itu melumpuhkan komputer-komputer yang digunakan untuk mengendalikan roket dan peluncur rudal, namun tidak menimbulkan korban. Serangan itu dilakukan tak lama setelah Presiden AS Donald Trump membatalkan serangan udara terhadap Iran pada Kamis (20/6) lalu.
Belakangan ini, pemerintahan Trump meningkatkan ketegangan dengan Iran yang telah menjadi musuh lama AS dan sekutu-sekutu penting AS, yakni Israel dan Arab Saudi. Ketegangan meningkat setelah Trump secara sepihak memutuskan menarik diri dari perjanjian nuklir Iran yang dikenal dengan nama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) pada tahun 2018. Juga setelah Amerika menerapkan sanksi-sanksi baru terhadap Iran dan secara praktis memaksa negara-negara lain turut mengembargo Iran. (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini